Hanya dikarenakan pernah ikut aksi protes menentang perang Presiden Bush di Irak, dua biarawati, Ardeth Platte dan Carol Gilbert, harus menelan pil pahit dari pemerintah negaranya sendiri, AS. Nama mereka dimasukkan ke dalam daftar nama para teroris.

"Daftar list teroris ini menunjukkan sebuah tuduhan dan fitnah yang serius serta nyata." ujar Suster Ardeth Platte, 54 tahun, kepada Washington Times, Jumat, 10 Oktober.

Kedua biarawati yang juga tercatat sebagai aktivis anti-perang itu menerima surat pemberitahuan dari Kepolisian Maryland yang menyatakan bahwa nama mereka dimasukkan dalam daftar nama para teroris.

Nama Ardeth dan Carol, berada diantara 53 nama aktivis anti-perang yang juga dimasukkan dalam daftar teroris oleh pemerintah AS. Carol mengatakan, apa yang dilakukan otoritas AS itu adalah upaya untuk meredam kegiatan aktivis-aktivis perdamaian yang memprotes perang AS di Irak dan negara-negara lainnya.

Carol mengecam otoritas AS telah melanggar elemen-elemen demokrasi yang berlaku di negara itu. "Demokrasi dibangun di atas elemen-elemen dimana orang punya hak untuk menyuarakan apa yang diyakininya benar," tukas Carol.

Sekedar informasi, sebelumnya, suster Ardeth dan Carol pernah dijebloskan ke penjara karena berhasil masuk ke lokasi misil di sebelah timurlaut Colorado dalam sebuah aksi protes menentang perang AS di Irak dan Afghanistan.

Pemerintahan Bush menilai daftar teroris adalah salah satu alat paling efektif dalam kampanye "perang melawan teror"nya. Nama-nama orang yang dimasukkan ke daftar teroris, di kumpulkan oleh FBI dan daftar itu memberi wewenang bagi lembaga negara untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang dengan alasan keperluan keamanan.

Beberapa diantara nama-nama itu ada yang masuk katagori dilarang ikut dalam penerbangan komersial, dilarang bepergian, boleh ditangkap atau menjalani pemeriksaan di bandara-bandara AS.

Menurut American Civil Liberties Union (ACLU), nama-nama yang masuk dalam daftar teroris pemerintah AS itu terus bertambah dan sekarang jumlahnya sudah mencapai satu juta orang.

Kedua suster tersebut juga mengkritik pemerintahnya yang konon merupakan kiblat negara Demokrasi.
"Demokrasi dibangun atas elemen-elemen agar mampu menyatakan pendapat menurut apa yang seseorang yakini," ujar suster Carol menutup wawancara. [adm/muslimdaily]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts