WASHINGTON - Permintaan minyak mentah dunia dikhawatirkan akan terpukul, menyusul ketakutan meluasnya resesi ekonomi Amerika Serikat. Akibatnya, harga si emas hitam menjadi tertekan.

Jatuhnya harga minyak mentah dunia terjadi setelah pasar diguncang ketidakpastian program penyelamatan sistem keuangan atau bailout senilai USD700 miliar. Saat ini senat AS telah menyetujui kebijakan pemerintahan Presiden George W Bush. Namun, program ini masih harus mendapat persetujuan dari DPR AS.

Minyak jenis light sweet untuk pengiriman November pada perdagangan New York Merchantile Exchange (Nymex), terperosok USD3,37 per barel� menjadi USD94,80 barel. Sementara di London, harga minyak jenis brent untuk pengiriman November ambles USD3,60 dan parkir di posisi USD91,73 per barel. [adm/okezone]

Harga minyak terpukul lebih dari USD15 per barel atau 13 persen, setelah menduduki level termahal selama satu dekade belakangan ini di posisi USD147 per barel.

"Saya pikir pelaku pasar di Nymex merasa tidak ada kebijakan yang mampu untuk membendung persoalan ekonomi Amerika yang nyaris masuk kejurang resesi," ujar Director of Market Research Tradition Energy, Conn, seperti dikutip dari Associated Press, (AP) Jumat (3/10/2008).

Anjloknya harga minyak menurutnya, juga dipicu oleh rapor ekonomi Negeri Paman Sam yang masih merah. Pelemahan industri sektor manufaktur divonis terjungkal dan angka pengangguran meledak. Kondisi ini memicu pelemahan permintaan minyak mentah. "Data itu benar menunjukan bahwa kita akan menghadapi resesi," tambahnya.

Seperti diketahui Departemen Tenaga Kerja Amerika merilis data pengangguran membengkak sekira 1.000 orang menjadi 497 ribu. Angka itu di atas perkiraan pelaku pasar yang menaksir hanya sekira 475 ribu orang. Data ini juga menunjukan jumlah terbesar setelah Oktober 2006.

Departemen Perdagangan Amerika juga menunjukan, sektor indsutri terimbas pelemahan ekonomi. Asumsi tersebut� ditunjukan permintaan barang barang yang diterima pabrik-pabrik pada Agustus turun empat persen. Kenyataan tersebut lebih parah dibanding kemerosotan pada Juli yang hanya 2,5 persen. Secara keseluruhan, jumlah ini juga tercatat menyerupai kondisi pada Oktober 2006.

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts