Pemikir dan peneliti terkenal Libya Sami Latif menilai bahwa Iran tak punya kapasitas untuk pimpin dunia Islam. Pasalnya, sambung dia, Muslim dunia yang jumlahnya sekitar 1,5 miliar mayoritas merupakan penganut Sunni. Demikian seperti diberitakan IslamOnLine, Senin (10/11).


"Saya yakin mereka tak akan menerima kepemimpinan Iran atas mereka. Terlebih lagi Iran telah menegaskan dan berkukuh sejak tahun pertama Revolusi, dan dengan tertulis dalam UUD , secara jelas dan terang-terangan bahwa mazdhabnya adalah Ja'far 12 sebagai madzhab resmi negara. Ini adalah teks khomeni yang disucikan," papar Latif.


Lebih lanjut Latif juga menjelaskan, selain karena sentimen Syiah Ja'fariyyahnya, Iran juga kerap menerapkan kebijakan-kebijakan yang memusuhi Islam Sunni.

Alasan lainnya, imbuh dia, kelompok Syiah dan sekte-sektenya yang saling bertolak belakang dibanding Muslim Sunni jumlahnya tidak lebih dari 5 persen.


Saat disinggung peran Arab dalam kepemimpinan Umat Islam, pemikir asal negeri Qadafi itu menilai bahwa peran Arab yang dibutuhkan bukanlah peran formalitas, tapi peran seperti yang telah dilakukan Mesir di era Abdul Naser yang memimpin agenda peradaban Arab-Islam. "Saat itu kiblat politik Muslimin dunia adalah Kairo-Abdul Naser, Kairo-Revolusi, dan Kairo-Al-Azhar, dan dengan itu berdirilah Organisasi Non-Blok, OKI dan konferensi-konferensi yang begitu banyaknya," ujar Latif


Lebih jauh Latif mengakui bahwa upaya untuk melanjutkan agenda Kairo-Abdul Naser dalam memimpin umat Islam diambil alih oleh Saudi Arabia. Namun Latif menilai upaya Saudi itu telah gagal.


"Tak lama setelah agenda Naser redup, Saudi pun berupaya untuk menjadikan dirinya sebagai negara pionir dan pemimpin dunia Islam. Tapi sangat disayangkan, dengan rasa hormat dan respek saya terhadap rakyat Saudi, hal itu gagal karena banyak faktor, baik itu bersifat mendasar ataupun bersifat teknis," jelas dia.


Ditambahkan Latif, saat terjadi kekosongan kepemimpinan dunia Islam maka datanglah Iran, yang pada akhirnya juga gagal.


"Tapi kebanyakan Muslim di dunia melihat bahwa kebijakan-kebijakan Iran itu didasarkan atas dimensi aliran yang sempit, dan secara otomatis itu menjadikannya tidak punya kapasitas dan tak mungkin Muslimin menerimanya sebagai yang akan muncul dalam perannya sebagai pionir dan pemimpin di dunia Islam," jelas dia. [adm/warnaislam]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts