Ketua FPKS Mahfudz Shidiq

Kemenangan Barack Obama menjadi Presiden AS berkulit hitam pertama dinilai sebagai katalisator dunia serta dapat menumbuhkan harapan baru bagi masyarakat AS dan dunia. Ketua FPKS Mahfudz Shidiq, Rabu (05/11) mengatakan, "AS di bawah kepemimpinan Obama diharapkan berperan bagi fasilitator dan katalisator pembangunan dunia yang adil dan berdaya,".

Kemenangan Obama ini diharapkan dapat memunculkan perspektif baru masyarakat dan pemerintah AS dalam memandang dunia dan negara lain.

Mahfudz mengatakan, dengan latar belakangnya diharapkan dapat menjadi modal baginya untuk mendalami realitas kultur dan politik negara dunia yang beragam, sehingga tidak memandang sebagai hegemoni AS yang memposisikan diri sebagai negara adidaya. "Ini sesuatu yang tidak mampu ditampilkan rezim Bush selama 8 tahun," tegasnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang menyambut baik bagi terpilihnya Obama menjadi Presiden AS dan berharap memberikan perubahan serta berharap membaiknya hubungan AS dengan umat Islam.

Din mengatakan, "Tentu kita semua, seperti banyak rakyat AS, bergembira atas kemenangan Obama. Hal itu membawa harapan baru bagi perubahan khususnya dalam hubungan AS dengan dunia, termasuk dunia Islam,".

Menurutnya, selama ini AS dibawah kepemimpinan Bush telah merusak hubungan AS dan Islam karena sikap arogan dan standar ganda yang dilakukan Bush dalam menyelesaikan masalah dunia Islam. "Kita berharap Obama dapat mengubah sikap AS itu dengan sikap lebih bersahabat dengan dunia Islam termasuk umat Islam di berbagai negara," katanya. [adm/warnaislam]

1Komentar

  1. SEKADAR PENYEIMBANG, BIAR GAK KEBLABLASAN

    OBAMA KEPADA MEDIA ISRAEL:SAYA ANTI HAMAS DAN PELINDUNG ISRAEL!
    Gegap gempita pemilihan presiden AS begitu menyita perhatian masyarakat . Tak hanya orang Amerika, di Indonesia pun banyak yang mengikuti perkembangan pemilu negara penjajah ini. Dan akhirnya Barrack Obama-lah yang terpilih. Banyak yang menaruh harapan besar padanya, tak hanya rakyat Amerika, tapi juga dunia. Bahkan orang-orang Islam pun juga terpengaruh, mengingat ada nama "Hussein" dalam nama lengkap Obama. Tapi bagaimana dia sebenarnya?

    Pembaca harus memperhatikan berita yang ditulis situs kavkazcenter.com pada 31 Januari 2008. Seperti ditulis situs tersebut, Barack Obama pernah mengatakan kepada jurnalis Haaretz dan beberapa jurnalis Israel lainnya melalui telepon bahwa dirinya bukan Muslim, dan dirinya anti-Hamas dan Arab, serta dirinya akan melindungi Yahudi!

    Pada wawancara telepon itu Obama mengatakan, dirinya dihadapkan kepada serangan tanpa henti, di mana dirinya dituduh secara sembunyi-sembunyi sebagai penganut taat Islam dan tak akan loyal kepada Israel.

    Karena itu, mantan senator dari Illinois itu meminta kepada media Yahudi dan Haaretz untuk menggunakan corongnya agar orang-orang tahu bahwa pernyataan dirinya Muslim dan tak loyal kepada Israel adalah sama sekali tidak benar.

    Dalam wawancara via telepon itu Obama juga merestui Israel sebagai Negara Yahudi. Obama juga tidak menerima hak rakyat Palestina untuk kembali ke tanah airnya.
    Pada bagian wawancaranya Obama juga ogah berdialog dengan Hamas selagi Hamas tidak mengakui negara Israel. Lebih dari itu, Obama juga meyakinkan para jurnalis Yahudi bahwa jika dirinya memenangi Pilpres maka dirinya akan menjamin keselamatan israel.
    Lebih lanjut presiden AS yang pernah tinggal di Indonesia itu juga pernah mengatakan bahwa dirinya yakin terkait masalah Al-Quds (Yerusalem) haruslah diselesaikan dengan negosiasi dengan Palestina dan Iran di Teheran
    Obama- McCain Sama Saja


    Perdana Menteri penjajah Zionis Israel Ehud Olmert yang baru saja mengundurkan diri melihat bahwa baik Barack Obama maupun John McCain keduanya merupakan sahabat Israel. Demikian seperti dikutip situs Israel Yediot Ahronot ketika Olmert melakukan lawatan ke utara Israel, Selasa (4/11).
    "Baik itu Barack Obama atau John McCain, saya tahu keduanya. Saya tahu keduanya akan menjadi sahabat Israel," tandas Olmert.
    Kemudian mantan petinggi Israel itu mengatakan, "Siapa pun yang akan menggantikan George Bush maka dia akan menjadi sahabat (kami), dan kami akan dengan mudah berdialog dengannya."

    Pada sisi lain Olmert mengajak diteruskannya negosiasi dengan Palestina dan Suriah di saat transisi otoritas AS dan pemilu dini legislatif Israel pada 10 Februari mendatang.

    "Saya yakin bahwa masalah kami di sini mengharuskan solusi segera. Bahwa keputusan itu adalah upaya agar sampai ke kesekapatan dengan Palestina di penghujung tahun, dan upaya untuk sampai ke kesepakatan dengan Suriah tanpa harus terikat dengan identtitas Presiden (AS)," papar Olmer[MD]

    BalasHapus

Posting Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts