Tahun ini, banyak prajurit Amerika yang memilih Obama dari Partai Demokrat dibandingkan pemilu sebelumnya. Banyak tak kuasa menahan air mata melihat Obama menang. Mereka berharap bisa dipulangkan.

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi hari waktu Iraq. Ruang makan di Kamp Taji, sebelah utara Bagdad, dipenuhi oleh prajurit Amerika. Di tengah-tengah ruangan, tergantung beberapa layar televisi lebar di plafon. Biasanya mereka menayangkan olah raga. Tetapi kemarin pagi, pemancar-pemancar berita Amerika menguasai layar-layar itu.

“Ok, sekarang,” demikian kata seorang pembawa acara, “hasil baru sudah masuk dan saya bisa beritahukan bahwa, ya, Barrack Obama adalah presiden baru Amerika Serikat”.

Rasa tak percaya dan linangan air mata di pangkalan militer Amerika di Bagdad utara. Di ruang makan, para prajurit mengikuti hasil akhir pilpres Amerika. Tahun ini, banyak prajurit Amerika yang mencoblos Partai Demokrat dibandingkan pemilu sebelumnya. Tetapi bangkit skeptisme tentang niat memulangkan pasukan Amerika lebih dini dari Iraq.

Yang lainnya, kebanyakan 'berwarna kulit' sama dengan Obama, mulai tertawa. Di luar, sebagian saling menyelamati.

“Saya benar-benar berharap bahwa dia bisa membawa kami keluar dari Iraq”, kata seorang prajurit muda yang ayahnya juga ditempatkan di pangkalan yang sama. “Itu akan sangat indah”. Seorang penerjemah perempuan tampak mengucurkan airmata gembira. “Saya gembira, bagi Obama, bagi Amerika. Dan saya berharap ini juga baik bagi Iraq. Amerika tidak bisa selamanya tinggal di sini”.

Benteng republik

Sejak dulu tentara Amerika merupakan benteng Republik, tapi tahun ini diduga jauh lebih banyak prajurit yang mencoblos Obama, sang demokrat.

Invasi di Iraq dan Afganistan meminta korban. Sebagian dari para prajurit itu sudah memasuki misi keempatnya di sana. Walau demikian, di kalangan pendukung Obama sendiri ada rasa ragu-ragu apakah presiden baru akan benar-benar bisa membawa mereka pulang lebih awal dari Iraq.

“Di samping itu, dia kemungkinan ingin mengirim kami ke Afganistan”, demikian kata seorang prajurit.

Obama mempertimbangkan untuk menarik pasukan dari Irak dalam waktu satu setengah tahun mendatang. Walau demikian saat ini Amerika masih berunding dengan pemerintah Iraq mengenai keberadaan mereka di negeri itu. “Perjanjian status pasukan”, demikian namanya, menetapkan bahwa semua pasukan perang harus keluar dari kota-kota Irak pada musim panas 2009.

Akhir 2011, semua pasukan Amerika harus ditarik keluar dari Iraq. Perundingan mengenai hal itu, serta persyaratan dan pengecualian mana yang bisa ditambahkan, ditunda oleh pemerintah Irak sampai sesudah hari pemilihan.

Letih

Di antara pendukung Obama di Kamp Taji, ada juga yang berpendapat bahwa situasi di Iraq masih belum cukup stabil untuk ditinggalkan. “Tapi saya lebih mempercayai Obama dalam bidang ekonomi,”

Banyak prajurit, baik pendukung McCain maupun Obama, yang mempertimbangkan situasi ekonomi dalam menentukan pilihan mereka. Keletihan karena terlalu banyaknya siaran tampak melanda kedua pihak. Seorang sersan, berwarna kulit gelap, senjata di bahu, menonton televisi di ruang rekreasi. McCain baru saja mengakui kekalahannya.

“Kami harus pergi terus selama setahun, dan setahun tinggal di rumah. Tapi itu sebenarnya hanya sembilan bulan saja karena kami harus mempersiapkan diri untuk misi berikut. Bagi prajurit yang memiliki keluarga muda, hal ini sangatlah berat.”

Bagi tentara AS, tidak banyak waktu senggang di Iraq. Itu merupakan hari kerja seperti hari-hari lainnya. Kendaraan-kendaraan lapis baja berlalu lalang meninggalkan pangkalan. Helikopter-helikopter datang dan pergi. Satu dari mereka menembakkan semacam panah api, bahan yang bisa memperdaya roket-roket pencari panas. Matahari semakin naik dan menghapus sisa-sisa awan malam. Seorang prajurit perempuan yang lewat, berteriak “Obama, keluarkan saya dari Iraq,” ujarnya. [adm/hidayatullah]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts