Desersi dan sikap kekecewaan yang mendalam tengah menghinggapi sebagian serdadu Israel yang sedang terlibat pembantaian rakyat Gaza. Mereka tidak lagi mempercayai propaganda pemerintahnya yang kerap berlindung di balik alasan "pertahanan keamanan dari ancaman serangan teroris".

"Ini bukanlah sebuah perang untuk melindungi diri," ujar Yitzchak Ben Mocha, anggota pasukan payung, sebagaimana ditulis Guardian (17/01).

"Kami telah menggali kuburan kita sendiri oleh serangan ribuan serangan bom syahid pada masa akan datang dari keluarga orang-orang Gaza yang telah kami bantai, kami sedang menciptakan teror yang lebih dahsyat" tambahnya.

Serdadu Israel yang baru berumur 25 tahun itu telah menolak bergabung dalam kesatuannya karena pemerintahnya telah membantai rakyat Gaza. Nuraninya tidak sampai melihat negaranya dengan jumawa membombardir warga kota berpenduduk 1,6 juta jiwa ini.

"Saya tidak menjustifikasi serangan roket Hamas, tetapi kita bangsa Israel seharusnya perlu bercermin pada diri kita sendiri, apa yang telah kita lakukan kepada mereka bangsa Palestina selama lebih dari 40 tahun." ujar Ben Mocha.

Tentara agresor Israel telah menewaskan 1,203 orang, termasuk 410 anak-anak dan 108 wanita di dalamnya, hanya dalam hitungan 22 hari saja di Gaza City.

6 orang, termasuk seorang anak dan wanita, syahid Sabtu pagi karena serangan Israel pada sekolah binaan PBB di utara kota Beit Lahiya. Seorang bayi usia 2 tahun beserta tiga orang juga turut syahid dalam penyisiran serangan Israel di Gaza.

"Membunuh penduduk sipil yang tidak berdosa merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan," kata No'em Leva, Letnan pertama Israel yang harus mendekam sementara di penjara karena menolak bergabung dalam pasukan Israel yang menyerang Gaza.

"Kamilah pembunuh berdarah dingin". [adm/muslimdaily]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts