Kyrgyzstan melarang jilbab di lingkungan sekolah dengan alasan melindungi anak-anak dari pengaruh ajaran agama. Menteri Pendidikan Damira Kudaibergenova hari Selasa kemarin menyatakan, Kyrgyzstan adalah negara yang menganut sistem sekularisme, sehingga urusan agama tidak boleh dicampuradukan dalam pendidikan.

Kudaibergenova menganggap jilbab dan agama sebagai serangan terhadap para siswa sekolah, untuk itu mereka harus dilindungi. Ia juga mengeluhkan para siswa yang tidak hadir di kelas pada hari Jumat siang karena melaksanakan salat Jumat.

"Kami negara sekular. Anak-anak mengalami serangan massif dan mereka harus dilindungi. Kalau disuruh memilih antara pendidikan dan jilbab, kami lebih memilih pendidikan," tukas Kudaibergenova.

Kyrgyzstan adalah negara kecil berbentuk Republik di kawasan Asia Tengah, yang pernah berada dibawah kekuasaan Uni Sovyet. Jumlah penduduk negeri ini berdasarkan data tahun 2007 sekitar 5,2 juta orang, 75 persen diantaranya Muslim, 25 persen kalangan Rusia Ortodoks dan 5 persen penganut agama lainnya. Meski Muslim mendominasi, pemerintah Kyrgyzstan termasuk keras terhadap warga Muslim.

Pemerintah negeri itu menuding kelompok-kelompok Islam berupaya menumbangkan pemerintahan. Bulan Oktober lalu, polisi Kyrgyzstan menangkap 100 warga Muslim yang melakukan aksi unjuk rasa. Oleh pengadilan mereka dinyatakan bersalah dengan tuduhan "ektrimis Islam."

Tahun 2007, Kyrgyzstan sudah menerapkan larangan jilbab di sekolah-sekolah di wilayah selatan sehingga sejumlah siswi berjilbab banyak yang keluar bahkan putus sekolah. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts