TEPI BARAT - Anggota parlemen Palestina, Ibrahim Abu Salem mencibir urgensi persyaratan perdana menteri Israel, Benyamin Netanyahu untuk berdamai dengan Palestina yaitu pengakuan terhadap keyahudian Entitas dan larangan hak kembali.

Dalam pernyataanya Kamis (23/7) Abu Salem mengungkapkan keherananya atas tuntutan pemerintah Israel untuk mengakui keyahudian negaranya. Sementara ia tak pernah mengakui keislaman negara Arab. Baik di Palestina ataupun negara lainya. Ia mempertanyakan, bagaimana mungkin Palestina mengakui keyahudian Israel, sementara mereka tak pernah mengakui hak-hak Palestina. Mereka merampas tanahnya, mengusir penduduknya serta membantai hak-haknya. Dengan demikian Israel telah membalikan semua resolusi internasional pada dirinya sendiri.

Sebelumnya Netanyahu menegaskan kembali tentang persyaratan dimulai kembalinya perdamaian dengan Palestina. Ia mengatakan, “Perdamaian dengan Palestina tergantung lima syarat utama. Diantaranya pengakuan terhadap negara Entitas sebagai negara Yahudi, menghentikan semua klaim yang bertolak belakang denganya, tidak ada hak kembali bagi pengungsi ke wilayah Israel dan negara Palestina di masa depan harus dilucuti senjatanya”, ungkapnya.

Politik Penghinaan dan Perbudakan

Terkait dengan pelucutan senjata bagi negara Palestina di masa yang akan datang, Abu Salem menegaskan, “Tetapi saya yakin, Israel tidak setuju pelucutan senjata bagi para pemukim Yahudi, apalagi militernya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin mereka menuntut kepada kami untuk tinggal tanpa hak-hak legal seperti mempertahankan diri dan membela ?

Ia menambahkan, hewan saja oleh Allah diberikan alat-alat untuk membela dirinya dan mempertahankan kehidupanya. Ini adalah hak dari Allah. Manusia tidak boleh menganulir hak ini.

Dengan persyaratan ini Israel menghendaki politik penghinaan dan perbudakan kepada rakyat Palestina dan wilayahnya sendiri.

Di sisi lain, Abu Salem mengungkapkan, senjata yang dimiliki Palestina hanyalah sebutir debu di padang pasir persenjataan Zionis. Israel telah menempatkan dirinya di atas undang-undang. Ia sendiri tak pernah komitmen dengan persenjataan nuklirnya hingga sekarang.

Abu Salem menganggap tuntutan Netanya untuk mengakhiri konflik Arab-Zionis merupakan seruan gratis demi normalisasi dengan negara-negara Arab. Adapun terkait dengan seruan Abbas untuk menghapuskan tembok rasial dan tidak memperluas permukiman, Abu Salem menganggap hal tersebut pelecehan terhadap Abbas, pemerintah nasional dan seluruh ahli hukum dunia. Buktinya Netanyahu sebelumnya menegaskan tentang pentingnya perluasan tembok rasial hingga menjangkau wilayah sejauh mungkin. [adm/infopalestina]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts