Marwa Al-Sherbini (32 thn) ditikam hingga tewas pada 1 Juli lalu oleh Alex W., seorang pemuda Jerman kelahiran Rusia (28 thn), di ruang sidang pengadilan Dresden. Saat itu pengadilan tengah menyidangkan gugatan Marwa terhadap sang pemuda yang telah menjulukinya “teroris” karena berjilbab.
“Marwa El-Sherbini akan kami jadikan sebagai nama salah satu jalan di kota ini,” ujar petugas imigrasi Dresden, Marita Schieferdecker-Adolph.
Pejabat Dresden mengatakan, pihaknya akan berdiskusi dengan pihak keluarga Sherbini soal cara pemberian gelar tersebut. Di Kairo, ayah Sherbini menegaskan, dirinya punya permintaan kepada pemerintah Jerman: “Pernyataan resmi atas pembunuhan anak saya dan polisi yang menembak suami anak saya diberi sanksi tegas”. Suami Marwa terluka serius akibat “salah tembak” petugas polisi di pengadilan ketika hendak menolong sang istri. “Kami pertama kali mengetahui kematian Sherbini dari seorang teman. Pemerintah Jerman tidak pernah mengabari kami. Itu sikap tidak bertanggung jawab dan menunjukkan mereka tidak peduli.”
Kematian Sherbini mengguncang masyarakat Jerman. Awal pekan lalu, lebih dario 1.000 orang, termasuk pegawai pemerintah, bergabung dalam aksi keprihatinan dan penghormatan yang digerakkan kelompok pembela hak-hak sipil lokal. Banyak di antara massa yang meletakkan karangan bunga di halaman balai kota Dresden. Kematian Sherbini terus mengundang simpati dan solidaritas dari warga Jerman.
“Anda seorang pemberani, wanita yang bisa menjaga diri. Anda tidak membiarkan ada seorang pria yang menjuluki Anda ‘pelacur Muslim’ atau ‘teroris’…” tulis kolomnis Jerman, Franz Josef Wagner, dalam suratnya yang dipublikasikan koran Bild. “Anda masih hidup sekarang jika membiarkan kelakuan pemuda idiot yang rasis itu, namun Anda tidak melakukan perubahan apa-apa… Anda seorang Muslimah yang penuh harga diri. Anda meninggal dunia karena menolak dihina. Anda pahlawan saya. You are my hero."
Posting Komentar