Dari hasil rekonstruksi dan tes DNA menunjukkan pelaku bukan Nur Said. Bahkan mungkin orang asing. Tapi liputan media tak semudah menghapus citra keluarganya

Hasil rekonstruksi dan sketsa wajah pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott, Jumat (17/7), oleh tim Disaster Victim Identification Markas Besar Polri, semakin memperkuat dugaan bahwa pelaku pengeboman adalah orang asing. Seperti diberitakan, salah satu ciri pelaku memiliki tinggi badan sekitar 180-190 cm dan berusia 16-17 tahun.

Pakar hubungan internasional Universitas Parahyangan Prof Anak Agung Banyu Perwita mengatakan hal serupa. Namun, Perwita mengatakan, terlalu dini jika ciri fisik pelaku langsung dikaitkan dengan kelompok terorisme Al Qaeda.

“Ada banyak kemungkinan pelaku. Orang-orang Asia Tengah juga memiliki ciri fisik ukuran badan yang tinggi,” ujarnya kepada Kompas, Rabu (22/7) di Jakarta.

Sebelumnya, hasil pemeriksaan polisi terhadap DNA dua pelaku dengan keluarga Nur Hasbi di Temanggung dan Ibrahim di Cilacap, ternyata tidak sama. Kadiv Humas Irjen Pol Nanan Sukarna mengatakan, pihaknya kini terus menggali identitas pelaku Bom Kuningan tersebut.

Perwita mengatakan, pelaku bom mungkin berhubungan dengan kasus melonjaknya arus imigran dari Pakistan dan suatu negara di Timur Tengah. Hal ini sesuai dengan data yang dilansir Kabag Humas Direktorat Imigrasi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Barimbing Maroloan.

Bukan Nur Said

Hasil pemeriksaan DNA yang dilakukan pihak kepolisian atas dua potongan kepala yang diduga kuat sebagai pelaku bom bunuh diri, tidak cocok dengan DNA dari keluarga Muhammad Nasir dan florist di Hotel Ritz-Carlton, Ibrahim.

Dua jenazah korban tewas yang saat ini masih tersimpan di RS Polri RS Soekanto itu bukan Nur Said atau Nur Hasbi maupun Ibrahim yang selama ini sering diduga sebagai pelaku.

"Kami sudah memeriksa keluarga-keluarga, tapi tidak ada yang cocok. Demikian pula dengan keluarga Nur Hasbi, tidak identik dengan potongan kepala di TKP," ujar Nanan Sukarna, dalam konferensi pers di Jakarta Media Crisis Center, Jakarta, Rabu (22/7).

Demikian pula dengan keluarga Ibrahim. Polisi telah memeriksa sampel DNA keluarga Ibrahim, tetapi tidak cocok dengan kepala tersebut. Oleh karena itu, polisi masih mencari identitas pelaku tersebut.

Namun, polisi tidak mau menjelaskan, apakah Ibrahim merupakan pelaku ketiga pengeboman Hotel Ritz-Carlton dan Hotel JW Marriott.

“Tentu ini melegakan,” kata Ahmad Rofiin (57), sepupu Nasir yang tinggal di belakang rumah Nasir di Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, di lereng timur Gunung Sindoro, di Temanggung, Rabu (22/7) sore.

Menurutnya, pihak keluarga setelah mendapat kabar bahwa Nur diduga pengebom Hotel JW Marriot di Jakarta, Jumat (17/7), menjadi resah atas kepastian informasi itu. Hingga saat ini, tambah Rofiin, pintu rumah Nasir tertutup.

Senin (20/7), Nasir dan isterinya, Tuminem (57), dijemput petugas untuk menjalani tes Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Pihak kepolisian di Jakarta pada Rabu (22/7) mengumumkan bahwa Nur bukan pelaku bom bunuh diri itu.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Katekan, Muhammad Tohir mengatakan, mendapat kabar dari berita di televisi bahwa hasil tes DNA ternyata negatif atau bukan Nur.

“Saya lihat berita dari televisi, memang seperti itu, saya sudah minta kepada Kepala Dusun (Kadus) untuk menyampaikan kepada Pak Nasir,” katanya.

Masalahnya, meski bukan Nur Said, liputan media massa sudah memberikan stigma dan citra buruk yang dampak psikologisnya tak mudah dikembalikan bagi keluarganya, teman atau lembaga pendidikan tempat ia pernah sekolah. Siapa bertanggungjawab? [adm/hidayatullah]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts