Mereka berusia antara 16 dan 20 tahun, anak laki-laki dan perempuan dari dua dunia yang berbeda, yang di kampung halaman mereka sendiri, mereka tidak memiliki kesempatan untuk bertemu.
"Ini adalah pertama kali saya bertemu dengan orang-orang dari Tepi Barat dan Gaza dan mendengar dari sisi mereka, dari sudut pandang mereka," ujar Yoni, 17, dari Israel utara, kota pelabuhan Haifa.
Namun selama seminggu, mereka telah bersantap bersama, bermain sepak bola dan menari bersama.
Berjudul "Dialog Untuk Masa Depan", perkemahan selama dua minggu di kamp Rechnitz, kota kecil dekat perbatasan Austro - Hungaria tersebut diselenggarakan oleh kelompok evangelis Austria dan sebagian didanai oleh Uni Eropa.
Perkemahan pertama dilaksanakan pada tahun 2007 dan gagasannya adalah untuk kembali mengumpulkan komunitas ini bersama melalui diskusi, permainan dan kegiatan di luar ruangan.
Delapan pemuda datang dari Ramallah di Tepi Barat, delapan dari Haifa, delapan dari Hungaria dan tiga dari Austria.
"Saya sedikit takut untuk mendengar apa yang akan mereka katakan, mungkin mereka tidak ingin berbicara kepada kami," kata Yoni mengenai kekuatirannya pada awal-awal pertemuan.
Tetapi "mereka sangat baik, dan saya ada teman baru sekarang," tambahnya.
Di bawah peraturan Perkemahan, semua orang harus makan makanan yang sama - tidak ada babi, yang dilarang oleh Yahudi dan Islam, yang disajikan, dan kamar dicampur, kata Klaus Pahr, salah satu dari organisator perkemahan.
Dia mengingat ketika menjemput kelompok tersebut di bandara. "Anak-anak Palestina melemparkan pandangan kepada anak-anak Israelis dan sebaliknya ...dengan cara yang luar biasa. Anda bisa mengetahui bahwa mereka benar-benar hidup terpisah."
Tetapi sekarang, "ada saling pengertian, mereka sudah mulai saling mengajari kata-kata menyumpahi," Julia, pemimpin kelompok yang Austria, ditambah dengan tertawa.
Beberapa Palestina memiliki masalah dengan bahasa Inggris, bahasa yang dipakai di kamp, tetapi improvisasi pertandingan sepak bola di halaman dan malam budaya dengan banyak kegiatan menari telah membantu mengatasi hambatan bahasa.
"Seperti yang dikatakan orang Palestina, itu sangat penting untuk mengetahui bahwa mereka juga manusia, mereka adalah sama, mereka ingin bersenang-senang," ujar Peter, 17, dari Hungaria.
Kamp tersebut adalah salah satu dari banyak kamp sejenis di Eropa yang berusaha menyatukan Israel dan Palestina, dan beberapa jam didedikasikan untuk membahas sejarah politik dan latar belakang dari konflik dan berbagi cerita.
Seorang Palestina bercerita tentara Israel yang menggeledah rumah keluarganya dan menahan pamannya. Seorang gadis Israel mendengarkan sirene "15 kali sehari" dan dengan tergesa-gesa memasuki ruang keamanan selama perang Lebanon 2006.
Yang lainnya berbicara tentang tetangga yang ditembak saat menjemput anak-anak mereka ke sekolah, tentang bom bunuh diri dan lamanya menunggu pemeriksaan di Israel.
Bagi banyak orang, ini adalah pertama kalinya mereka mendengar cerita dari sisi dan sudut pandang lain.
"Kami adalah tetangga tapi kami tidak tahu banyak tentang satu sama lain, kami orang asing," kata Jalal, salah satu pemimpin kelompok Palestina.
Austria dan Hungaria, pernah terbagi untuk dekade oleh Tirai Besi, sebagai contoh.
"Mereka menganggapnya sebagai masa lalu ... membangun masa depan mereka dan anda lihat, ini adalah masa depan yang indah," tambah Jalal.
"Jangan terjebak dalam sejarah," ia menyimpulkan.
Para penyelenggara berharap pemuda sekarang akan tetap berkomunikasi setelah mereka meninggalkan kamp.
Tetapi anak muda memiliki rencana yang lebih besar, menurut Yael Roth-Barkai, salah satu pemimpin grup Israel.
Posting Komentar