Anggota parlemen Inggris, Patrick Mercer meminta menteri dalam negeri, Alan Johnson menyelidiki kasus perekrutan enam muslim oleh lembaga intelejen dalam negeri Inggris, MI5. Mercer yang juga mengepalai subkomite anti-terorisme di parlemen Inggris menuding MI5 telah melakukan kesalahan dalam proses perekrutan, karena yang direkrut adalah orang-orang yang ternyata simpatisasn Al-Qaida.

Dalam suratnya pada Johnson, Mercer mengatakan bahwa dua dari enam Muslim yang direkrut MI5 sudah sempat mengikuti program pelatihan, sedangkan empat Muslim lainnya belum sempat mengikuti pelatihan karena keburu tercium rekam jejaknya.

Menurut Mercer, dua orang yang sudah mengikuti pelatihan sebagai agen MI5, ternyata pernah ikut dalam kamp pelatihan 'teroris' di Pakistan. Mercer menuding MI5 terlalu terburu-buru dalam melakukan perekrutan sehingga pihak "musuh" memanfaatkan situasi itu.

MI5 melakukan perekrutan terhadap enam warga Muslim pada tahun 2005, menyusul serangan bom bunuh diri di London yang menewaskan 56 orang, termasuk empat pelaku serangan. MI5 merekrut kalangan Muslim, sebagai upaya untuk meredam gerakan-gerakan Muslim radikal di Inggris.

Merespon surat Mercer, Kementerian Dalam Negeri Inggris mengatakan bahwa MI5 sudah melakukan proses perekrutan yang sangat ketat. "Semua pelamar harus menjalani proses seleksi yang ketat dan menyeluruh, dan banyak dari mereka yang gagal atau dikeluarkan di awal-awal program pelatihan karena beragam alasan," demikian pernyataan kementerian dalam negeri Inggris.

Namun akibat kasus ini, enam Muslim yang dituding sebagai simpatisan Al-Qaida sudah dikeluarkan dari program perekrutan MI5. Pihak MI5 tidak mau menyebutkan identitas keenam orang tersebut. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts