Paris - Perancis masih mendukung proyek penghancuran Taliban, meskipun serangan balasan Taliban semakin meningkat mendekati pemilu 20 Agustus mendatang, kata Perdana Menteri Bernard Koucher dalam sebuah interview hari Senin.

"Tentu saja kita harus melakukan negosiasi dengan Taliban, paling tidak dengan mereka yang telah siap meletakkan senjata dan mulai berbicara", kata Koucher kepada harian Le Figaro.

Seorang tentara Perancis kembali tewas hari Sabtu lalu di utara Kabul, pada hari yang sama tiga tentara Amerika dan dua tentara Kanada juga tewas dalam sebuah serangan. Tiga lagi tentara Amerika tewas pada hari Ahadnya.

Juli merupakan bulan paling mematikan bagi Amerika dan aliansinya selama delapan tahun penjajahan di Afghanistan.

Segala upaya untuk bernegosiasi dengan Taliban harus mendapat pengesahan dari pemerintah dalam hal ini Hamid Karzai selaku presiden, kata Kouchner. "Kita ingin membangun perdamaian dengan penduduk Afghan, maksutnya dibawah kepemimpinan orang Afghan", tandasnya.

Kouchner mengatakan hanya Arab Saudi yang selama ini dilihat mampu memainkan peran sebagai broker dalam pembicaraan antara Taliban dan Karzai, namun dari pembicaraan tersebut sampai saat ini belum ada hasil yang kongkret.

Taliban sendiri menolak pernah diadakannya pembicaraan perdamaian yang dilaksanakan di Arab Saudi.

"Ada dua tipe Taliban", kata Kouchner. "Pertama mereka yang dapat ambil bagian dalam pemerintahan legal dan Presiden Karzai mengatakan ia siap untuk menyambut mereka di Kabul saat mereka sudah siap bernegosiasi".

"Dan kedua, mereka yang mendukung jihad global. Mereka inilah yang menolak bernegosiasi".

Taliban menyeru kepada penduduk Afghan untuk memboikot pemilu dan memerintahkan para pejuangnya untuk memblok semua jalan agar mencegah para pemilih menuju Tempat Pemungutan Suara 20 Agustus mendatang menjelang Ramadhan, saat pemilu presiden dan pemilu propinsi dilaksanakan. [adm/muslimdaily]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts