Ulama Islam terkemuka Syaikh Yusuf al-Qardawi mengatakan jika genre pemikiran takfir (pengkafiran) ala Sayyid Quthb sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah yang dipegang teguh oleh mayoritas umat Muslim di seluruh dunia.

Ditambahkan oleh pakar fikih terkemuka itu, dalam hal ihwal pengkafiran (qadhiyyah at-takfir) ini, Sayyid Quthb juga tidak mencerminkan pemikiran gerakan al-Ikhwan al-Muslimun (Ikhwan), bahkan Ikhwan tidak bertanggung jawab atas hal tersebut.

"Pemikiran takfir sama sekali tidak berselaras dengan pemikiran dn manaj Ikhwan. Pemikiran Ikhwan bukanlah pemikiran yang condong kepada takfir," demikian diungkapkan ketua persatuan ulama Muslim internasional itu.

Al-Qardhawi, secara mengejutkan, menyampaikan hal tersebut dalam program acara televisi Manabir wa Madafi (Mimbar dan Debat) di kanal televisi al-Fara'in Mesir pada Jum'at (7/8) kemarin. Dalam acara tersebut, al-Qardhawi berdialog dengan Dr. Dhia Rishwan, peneliti gerakan Islam terkemuka asal Mesir.

Diterangkan oleh al-Qardhawi, yang juga salah satu rujukan utama gerakan Ikhwan, bahwa Sayyid Quthb tercatat mulai bergabung dadn aktif di organisasi keislaman yang memiliki jaringan internasional itu sejak awal tahun 50-an. Pada mulanya, Quthb berpemikiran moderat dan berselaras dengan Ikhwan, namun lama kelamaan, Quthb berubah menjadi lebih konserfativ.

"Genre pemikiran Quthb, yang semula moderat dan mu'tadil, menjadi berubah ke arah yang lebih konservatif di akhir-akhir masa hidupnya, khususnya dalam kitab Ma'alim fi at-Thariq (Rambu-Rambu Jalan)," terang ulama lulusan Al-Azhar itu.

Nah, pada pemikiran Quthb yang terakhir inilah, yang dimaksudkan oleh al-Qardhawi sudah tidak lagi selaras dengan manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah, dan juga Ikhwan.

"Ahlussunnah tidak pernah condong kepada takfir, tidak sebagaimana yang kerap dilakukan oleh sekte Khawarij," jelas al-Qardhawi.

Pemikiran takfir tersebut, lanjut al-Qardhawi, lebih banyak dibuahkan dan dituliskan ketika ia mendekam di dalam penjara.

Meski demikian, jika saja Sayyid Quthb saat itu tidak digantung (pada 29 Agustus 1966) dan diberi kesempatan untuk hidup normal (tidak dalam tekanan politik) dan berbaur dengan masyarakat, niscaya jalan pemikiran Quthb akan berbeda dan kembali lagi kepada manhaj moderat.

Ditanya hubungan dan aktivitas Quthb pada Ikhwan, al-Qardhawi menjelaskan, bahwa Quthb adalah salah seorang yang sangat mengagumi sosok Imam Hasan al-Banna, sang syahid pendiri gerakan Ikhwan. Atas ketertarikan ini, Quthb pun menulis buku berjudul "Hasan al-Banna wa 'Abqariyyah al-Banna" (Hasan al-Banna dan Kejeniusan Seorang Pendiri).

Meski demikian, pada perjalanan selanjutnya, Quthb lebih banyak terpengaruhi oleh pemikiran Abul A'la al-Mawdudi, tokoh Islam sezamannya dari Pakistan. "Pemikiran takfir dan tajhil (mengatakan masyarakat Muslim saat ini adalah jahiliyyah) itu Quthb mengadopsinya dari Maududi, bukan dari al-Banna," terang al-Qardhawi seraya menegaskan jika genre takfir dan tajhil itu bukanlah termasuk pada manhaj Ikhwan.

Dalam hal takfir dan tajhil ini, al-Qardhawi justru mengkritik Quthb. Dikatakannya, Quthb adalah salah satu sosok yang bertanggung jawab, termasuk al-Mawdudi, atas sejumlah genre pemikiran tersebut yang sekarang marak berkembang di sebagian kalangan umat Islam.

Di akhir dialognya, al-Qardhawi menegaskan jika sejatinya pemikiran Quthb lebih kepada pencampuran antara Ikhwan, Salafi, dan Jihadi. Dan di atas semua kritik tersebut, al-Qardhawi tidak menampik banyaknya pemikiran brilian Quthb yang perlu diadopsi oleh umat Islam.

"Quthb juga adalah seorang sosok sastrawan, pemikir, cendikiawan, penafsir, dan tokoh Islam terbesar pada masanya," terang al-Qardhawi.

sumber: http://www.eramuslim.com/berita/dunia/qardhawi-pemikiran-sayyid-quthb-tidak-mencerminkan-ikhwan.htm

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts