AUSTRALIA - Umat Islam Australia pada hari Sabtu kemarin menyerukan kepada pemerintah untuk mengakui hari libur keagamaan mereka, mengikuti sebuah proposal yang memungkinkan karyawan pekerja Kristen untuk libur di hari keagamaan mereka.

"Hanya ada dua hari libur Islam, sehingga tidak banyak permintaan kami," Keysar Trad, presiden Asosiasi Persahabatan Islam, mengatakan kepada Australian Associated Press (AAP).

Dia merujuk pada `Idul Fitri, yang menandai berakhirnya puasa pada bulan suci Ramadhan, dan`Idul Adha, yang menandai berakhirnya haji.

Seruan Trad datang sehari setelah pemerintah New South Wales memperkenalkan rancangan undang-undang yang memungkinkan karyawan untuk menolak bekerja pada hari libur yang berorientasi pada agama Kristen.

"Dengan adanya hari libur ini memungkinkan pekerja untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mereka," kata John Hatzistergos seorang jurubicara Menteri New South Wales untuk Hubungan Industrial .

RUU, diperkenalkan kepada parlemen pada hari Jumat lalu, melarang toko-toko buka pada hari Natal, Paskah, Boxing Day dan Jumat Agung untuk memberikan staf karyawan untuk lebih banyak waktu menghabiskan waktu bersama keluarga mereka.

Setiap pemilik usaha yang ingin bekerja di hari-hari ini harus membuktikan bahwa ada permintaan dari masyarakat setempat.

"Hal ini bukan tentang mengabadikan sesuatu untuk alasan keagamaan, namun lebih bersfiat melindungi hak-hak karyawan," kata juru bicara.

Diskriminasi

Trad, pemuka umat Islam mengatakan bahwa para pekerja Muslim dan pekerja dari agama lain juga berhak untuk mendapatkan cuti.

"Saya tahu para pekerja Muslim menghadapi masalah terhadap permintaan mereka yang ingin mendapatkan hari libur pada momen-momen keagamaan."

Dia mengatakan bahwa Muslim Australia merasa sedang mengalami tindakan didiskriminasi dengan diabaikannya hari besar keagamaan mereka

"Hal ini memang memberi kesan bahwa Australia adalah semata-mata bangsa Kristen.

"Ini menimbulkan masalah agama-agama lain juga, apakah Anda Hindu, Budha, muapun Muslim."

Umat Islam telah berada di Australia selama lebih dari 200 tahun, terdiri dari 1,5 persen dari 20-juta penduduk.

Sebuah laporan pemerintah baru-baru ini mengungkapkan bahwa umat Islam menghadapi Islamofobia mendalam dan tindakan berbasis ras yang belum pernah ada sebelumnya.

Trad mengatakan bahwa mengakui hari libur keagamaan bagi umat Islam Australia akan membantu mempromosikan adanya kohesi ditengah-tengah masyarakat.

"Merayakan hari libur keagamaan, sebenarnya sangat baik untuk menjalin hubungan diantara masyarakat. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts