Menggali informasi yang akurat di Jalur Gaza bukan pekerjaan gampang. Para jurnalis harus bekerja ekstra keras agar bisa mendapatkan keterangan atau sekedar komentar dari penduduk Gaza tentang peristiwa atau hal-hal baru yang sedang terjadi di tengah penduduk Gaza.

Belakangan ini, terlihat ada trend yang menunjukkan gejala makin mengkristal di kalangan warga Gaza. Sebuah trend makin menguatnya pengaruh kelompok Salafi dan elemen-elemen Sunni yang kokoh dalam menancapkan dominasi keislaman di Jalur Gaza.

Sejak Hamas memenangkan pemilu di Palestina, gerakan ini sebenarnya sudah mulai menerapkan norma dan praktek-praktek hukum Islam ke tengah masyarakat Gaza. Namun tidak seketat dan sekaku yang diterapkan oleh kelompok Salafi dan sejumlah kelompok Muslim Sunni lainnya.

Sejumlah sumber di Jalur Gaza mengakui makin menguatnya pengaruh kedua kelompok itu dan telah memicu perbedaan pandangan di kalangan tokoh-tokoh pergerakan Hamas. Di tingkat jajaran kepemimpinan Hamas, lebih menyukai perubahan menuju penerapan syariah Islam di Jalur Gaza dilakukan dengan pelan-pelan dan tidak terlalu cepat atau terlalu jauh dari keinginan publik Gaza secara luas. Tapi ada elemen garis keras dalam Hamas, termasuk kelompok Salafi yang menginginkan agar syariah Islam mulai diperkenalkan dan diberlakukan dengan ketat pada masyarakat Gaza. Indikasinya bahwa kelompok ini menginginkan perubahan yang serba cepat di Gaza terlihat dari tekanan-tekanan mereka pada Hamas dan cara-cara kelompok tersebut untuk menetapkan norma-norma dan hukum Islam yang semula hanya berstatus norma sosial menjadi semacam kewajiban legal yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh warga Gaza.

Kelompok Salafi dan kelompok Sunni lainnya itu misalnya, telah mendirikan pasukan khusus "penegakkan amar ma'ruf nahi munkar" yang operasionalnya berada di bawah komando Kementerian Waqaf Islam. Pasukan ini bertugas untuk memastikan bahwa semua perilaku warga Gaza sesuai dengan norma dan aturan Islam. Untuk itu, pasukan ini rajin melakukan patroli ke taman-taman, pinggir pantai dan tempat-tempat publik lainnya.

Seorang warga Gaza mengungkapkan, pasukan itu pernah menegur seorang lelaki yang mengenakan celana pendek ketika sedang duduk di balkon rumahnya. Lelaki itu dinasehati untuk tidak mengenakan celana pendek saat berada di luar rumah. Pasukan amar ma'ruf nahi munkar juga bakal memberlakukan sejumlah aturan, antara lain melarang para lelaki bertelanjang dada saat berjemur di pantai, kaum perempuan yang berjemur di pantai harus berpakaian lengkap, tempatnya terpisah dengan kaum lelaki, tidak boleh senyum-senyum apalagi tertawa cekikikan.

Dalam pasukan penegak amar ma'ruf nahi munkar juga dibentuk satuan khusus yang beranggotakan perempuan. Pasukan khusus perempuan ini bertugas untuk mengawasi kaum perempuan Gaza apakah sudah berpakaian dan berperilaku Islami serta untuk menangani perempuan yang terlibat pelanggaran hukum. Sedikitnya ada 100-150 perempuan yang bertugas dalam pasukan itu. Mereka mengenakan busana Muslim lengkap dengan cadar dan sarung tangan.

Proses Islamisasi di Jalur Gaza oleh kelompok-kelompok Salafi dan Muslim Sunni yang komitmen dengan syariah ini juga sudah merembet ke bentuk-bentuk kehidupan sosial masyarakat Gaza. Sekarang, masjid-masjid di Gaza harus memiliki apa yang disebut sebagai "Amir Jamaah" atau pemimpin komunitas jamaah masjid. Kedudukan Amir ini, menurut sumber-sumber di Gaza, setara dengan pemimpin politik yang mengatasnamakan otoritas berwenang di Gaza. Amir bertugas untuk memantau kebiasaan salat seluruh jamaah masjidnya dan harus cepat turun tangan untuk melakukan intervensi jika melihat ada gejala menurunnya "keimanan" anggota jamaahnya.

Jilbab juga sudah bisa diterima sebagai norma sosial yang harus dipatuhi kaum perempuan di Gaza. Kaum perempuan di Gaza kini makin banyak yang mengenakan busana khas perempuan Muslim berwarna hitam panjang longgar yang menutup seluruh tubuh dilengkapi dengan jilbab, bahkan kaum perempuan dari kalangan Kristiani tidak keberatan mengenakan jilbab saat keluar rumah. Sejak musim panas tahun ini, Hamas sebenarnya sudah menerapkan kebijakan agar sekolah-sekolah menengah pertama di Gaza mewajibkab para siswinya untuk mengenakan busana muslimah itu beserta jilbabnya.

Di sektor ekonomi, perubahan menuju kehidupan yang islami di Jalur Gaza juga mulai dibangun. Musim semi tahun ini, Hamas sudah merintisnya dengan mendirikan "Bank Islam Nasional." Setelah ini, akan didirikan sejumlah perusahaan asuransi dan investasi berbasis syariah di Gaza.

Pembatasan terhadap akses internet dan buku-buku yang isinya dianggap "tidak bermoral" juga mulai diberlakukan di Gaza. Proses hukum dengan menggunakan hukum Islam juga digunakan selain sistem hukum formal yang diberlakukan selama ini.

Perubahan yang sedang terjadi di Jalur Gaza menuju ke arah sebuah pemerintahan "Imarah Islam" bukan hanya menjadi salah satu rencana besar yang dirancang kelompok pejuang Hamas, tapi juga karena keinginan yang muncul dari kalangan akar rumput dan desakan dari tokoh-tokoh ultra relijius yang berada di dalam dan di luar Hamas.

Kepemimpinan di Hamas sendiri sangat bergantung pada legitimasi keislamannya yang membuat kelompok ini bukan semata-mata menyuarakan diri sebagai kelompok nasionalis yang membawa bendera Islam. Ditambah desakan-desakan dari kelompok Salafi dan Muslim Sunni yang berkomitmen dengan syariah di luar Hamas, bukan tidak mungkin akan berdiri sebuah negara mini yang secara penuh menerapkan hukum Islam, itulah negara Imarah Islam Gaza. [adm/eramuslim

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts