Kisah Ashab Al Kahfi yang ditidurkan Allah dalam gua selama 309 tahun, tertulis dalam Al-Quran. Bahkan peristiwa itu diabadikan menjadi sebuah surat secara khusus, yakni surat ke-18, surat Al Kahfi.

Saat ini ada 33 lokasi yang diklaim sebagai gua Ashab Al Kahfi. Yang paling banyak disoroti, situs gua yang berada di Yordan. Tepatnya di wilayah Ar Rahib, berada di 1,5 km timur kota Abu Alanda. Situs bersejarah ini sendiri dikenal dengan nama Ar Raqim.

Tentu teka-teki tempat Ashab Al Kahfi bersembunyi, menarik para ilmuwan untuk melakukan penelitian. Hingga saat ini sudah ada 104 penelitian mengenai masalah ini.

Dari hasil penelitian itu, Dr. Muhammad Wahib, yang memperoleh gelar doktoral dalam bidang arkeologi dan manuskrip, berkesimpulan bahwa gua yang berada di situs bersejarah Ar Raqim adalah gua tempat Ashab Al Kahfi bersembunyi.

Beberapa bukti yang mendukung situs Ar Raqim ini tempat persembunyian Ashab Al Kahfi, antara lain merujuk kepada beberapa periwayatan yang menyebutkan bahwa beberapa sahabat Rasulullah Shalallallahu Alaihi Wasallam (SAW), seperti Ubadah bin Shamid, Muawiyah bin Abi Sufyan, Habib bin Maslamah dan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhum (RA), pernah melintasi tempat itu di masa kekhalifahan Umar bin Al Khattab, kemudian memasuki gua tersebut dan menyaksikan tulang belulang Ashab Al Kahfi.

Beberapa bukti arkeologis menguatkan kesimpulan itu. Sebagaimana diketahui bahwa Allah telah berfirman dalam Al-Quran, yang maknanya, ”…Dan mereka mengatakan, ‘dirikanlah bangunan di atas (gua) mereka. Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka. ’ Dan orang-orang yang berkuasa atas mereka mengatakan, ’Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.’” (Al Kahfi [18] : 21).

Setelah dilakukan penggalian, ditemukan sebuah bangunan yang berada tepat di atas gua tersebut. Pada awalnya berupa gereja, kemudian tempat ibadah itu berubah menjadi masjid saat Islam datang. Dan telah dilakukan pemugaran terhadap bangunan ini beberapa kali, sebagaimana tertulis di beberapa batu yang berada di lokasi itu, yakni pada tahun 117, 277, dan 900 hijriah.

Tak jauh di lokasi, tepatnya di arah kiblat dari gua, dibangun pula sebuah masjid, yang hingga kini mimbarnya masih utuh, yang tertulis di lantainya bahwa Khalifah Al Muwaffaq di masa kekhalifahan Abasiyah telah memerintahkan perbaikan masjid ini.

Bukan hanya para ahli kontemporer yang melakukan penelitian, para ulama Muslim klasik sebenarnya telah melakukan penelitian, di mana lokasi gua itu sebenarnya. Dan –yang selama ini diketahui- mereka menilai bahwa gua Kahfi berada di Yordan. Dan penelitian mereka juga menjadi rujukan para ilmuwan saat ini.

Beberapa ulama klasik telah berkali-kali mengunjungi gua untuk melakukan hal yang sama, dengan berpatokan terhadap gerakan matahari di atas gua. Mereka menilai bahwa kondisi gua Yordan sesuai dengan ciri-ciri gua Ashab Al Kahfi yang digambarkan Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman, yang maknanya, ”Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri…” (Al Kahfi [18]: 17).

Imam Al Waqidi juga menilai bahwa di tempat inilah Ashab Al Kahfi bersembunyi. Beliau mengatakan dalam kitabnya Futuhat As Syam, ”Dan kami telah sampai di gua Kahfi pada sore hari, dan saat itu di dekat gua ada mata air, dan di situlah kami berwudhu, lalu melakukan shalat dan bermalam, dan di pagi harinya kami menuju negeri Al Jinan yang berada di dekat Amman.” Hingga kini, lokasi air mengalir itu masih ada di situs Al Kahfi Yordan.

Imam Al Qurthubi, dalam Jami’ li Ahkam Al-Quran, juga menyebutkan bahwa beliau telah mendatangi situs yang terdapat di Yordan ini, dan beliau juga telah mendatangi situs Turki, yang kedua-duanya diklaim sebagai gua Ashab Al Kahfi. Menurut beliau, jika dibandingkan dengan situs di Turki yang berada di wilayah Tharsus, situs Yordan ini lebih tepat dengan gambaran Al-Quran yang telah menunjukkan beberapa ciri-ciri gua yang ditempati Ashab Al Kahfi. [adm/hidayatullah]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts