Para pendeta Kristen memimpin jemaatnya menggangu ibadah umat Islam. Menurutnya, shalat Jumat itu sebagai ancaman umat Kristen

Tak banyak yang tahu, dibalik kesuksesan kaum Muslim menyelenggarakan shalat Jumat 25 September di Capitol Hill lalu ternyata ada sikap pertentangan dari berbagai kelompok. Acara yang bertujuan mengajak Muslim "berdoa untuk perdamaian dan pengertian antara Amerika dengan komunitas Muslim di sana" itu rupanya mendapat keberatan dari kalangan Kristen.

Menurut sebagian orang Kristen, acara itu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai kristiani. Dalam sebuah pernyataan, pendeta Canon Julian Dobbs, pemimpin Convocation of Anglicans in North America's Church and Islam Project, menyebut acara itu merupakan "bagian dari strategi yang diatur dengan baik untuk mengislamkan masyarakat Amerika dan menganti bibel dengan Al-Quran, salib dengan bulan sabit dan lonceng gereja dengan Adzan."

Sementara itu ada pernyataan yang lebih lunak, tapi sinis dan sama maknanya dari Lou Engle, seorang penginjil. Ia mengatakan bahwa acara Jumat itu "lebih dari sekedar acara kumpul-kumpul Muslim yang menyenangkan. Acara itu merupakan permohonan doa untuk kekuatan spiritual dan ideologi." Yang menurutnya, "tidak sama dengan serangkaian nilai yang dimiliki oleh bangsa kita (Amerika)."

Ketika acara digelar ada umat Kristen yang "berdakwah" melalui kaos. Dengan mengenakan kaos bertuliskan "Jesus is the standard", mereka menunjukkannya maksud mereka kepada Muslim yang berlalu-lalang di sana. Sebagian lainnya ada yang menghina ajaran Islam dengan berteriak dengan pengeras suara. Dan di dekat Sam Rayburn House Office kelompok yang bernama "Stop Islamization of America" mengadakan panel diskusi yang mengkritik acara shalat Jumat itu.

"Mereka bilang itu merupakan acara doa, tapi itu merupakan tindakan politik," kata Daniel L. Adams, pemimpin kelompok SIOA. Orang punya tempat sendiri untuk beribadah. Namanya masjid, sinagog atau gereja. Tapi jika Anda datang ke US Capitol, kegiatan itu menjadi politis, karena itu merupakan sebuah demonstrasi."

Ketika Muslim laki-laki dan perempuan sedang melaksanakan shalat dan mendengarkan ceramah, orang-orang Kristen berteriak-teriak mengatakan, "Tobat!"

Sementara di bagian lain, di seberang jalan tempat acara berlangsung, orang-orang Kristen yang berunjuk rasa berkumpul sambil membawa spanduk, salib dan pesan anti-Islam. Sekelompok orang lain yang dipimpin pendeta Flip Benham dari kota Concord North Carolina, berdiri di samping salib kayu setinggi 10 kaki dan dua papan kayu yang bertuliskan "10 Perintah Tuhan."

"Saya menyarankan Anda untuk memeluk agama Kristen!" teriak Benham melalui pengeras suara. "Islam memaksakan dogmanya ke dalam tenggorokanmu," tambahnya.

Dengan berteriak seperti itu, kelihatan sekali pendeta Benham tidak pandai memahami arti kata-kata yang diucapkannya sendiri.

Di sisi lain pada saat yang sama, sebagian umat Kristen berkumpul di belakang barisan umat Islam. Mereka membawa bibel dan mengucapkan doa-doa.

Orang-orang Amerika yang mengaku sebagai bangsa terpelajar itu ternyata tidak mempelajari sejarah bangsa mereka sendiri. Capitol Hill dalam sejarah Amerika memang biasa menjadi tempat yang digunakan orang dari berbagai kalangan dan dengan tujuan yang beragam. Martin Luther King Jr. seorang tokoh Kristen pernah berkumpul di sana bersama dengan pendukungnya. Demikian pula kelompok yang lain. Baca Shalat Jumat 25/9 Menjadi Bagian "Tradisi Capitol Hill"

Amat disayangkan, mereka yang melakukan protes adalah umat dari sebuah agama yang seringkali mengajarkan toleransi dan kasih sayang terhadap orang lain. Dan mereka sepertinya lupa, bahwa Amerika Serikat bukanlah sebuah negara Kristen, melainkan negara federasi yang terbentuk berdasarkan kesepakatan dari beberapa koloni bekas jajahan bangsa Eropa. Baca Mengintip Jejak Langkah Freemason Amerika. [adm/hudayatullah]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts