
- Ditemukan file dokumen dalam bahasa indonesia berformaf pdf(adope acrobat) menguraikan secara rinci cara mencari bahan, merakit, meledakkan bom.
- Ada bab Tadrid Takhasus yang menguraikan segala petunjuk tinggkat mahir penggunaan segala jenis senjata api, cara menyimpan, membawa ke target saat pelaksanaan amaliat.
- Manual taktik strategi berperang diperkirakan bersumber dari kitab Mudzakaratul Amni milik Tandzim Al-qaida yang isinya dinilai berkualitas.
- Di bab tentang intelijen, isinya seperti menyalin buku mausuah Jihad Afghan.
- Dokumen Alqaida Asia Tenggara dalam bahasa Arab yang menyebutkan prosedur kaderisasi dan langkah- langkah menyelamatkan organisasi.
- Dokumen pengkuan Tandzim Alqaida di Afghanistan terhadap kepemimpinan Noordin M Top, Muhammad Syahrir, Syaefuddin Jaelani dan Ibrohim Muharram sebagai pimpinan Al-Qaida Asia Tenggara.
- Pernyataan Al-Qaida yang memberikan dukungan dan pembealaan terhadap tindakan kelompok Noordin di Asia Tenggara.
Olahraga ringan pada Ahad (21/6) sekitar pukul 07.33 WIB yang dilakukan di lapangan Ambassador, Kuningan, Jakarta Selatan, tersebut ternyata bukanlah pemanasan biasa. Tapi, rupanya juga untuk persiapan dan survei aksi bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009.
Dua pemuda yang ditampilkan pada rekaman video yang diperoleh dari barang bukti laptop hasil penggerebekan di Solo, Jawa Tengah, pada 17 September lalu tersebut ternyata pelaku bom di dua hotel di kawasan Kuningan. Yaitu, Nana Ichwan Maulana, pengebom Hotel Ritz-Carlton; dan Dhani Dwi Permana, pelaku bom di JW Marriott.
Pada rekaman video lain juga terlihat Nana dan Dhani berada di sebuah kamar kos. Pada rekaman bertanggal 23 Juni 2009 tersebut, Dhani terlihat sibuk dengan telepon selulernya. Sementara, Nana berbicara dengan si pemegang kamera—yang kemudian oleh polisi dinyatakan sebagai Syaifuddin Zuhri— mengenai ‘olahraga’ yang dilakukan di kawasan gedung-gedung bertingkat.
Pada rekaman lain tertanggal 28 Juni 2009 kembali menampilkan kedua remaja tersebut di Lapangan Ambassador. Pada kesempatan tersebut, Zuhri menanyakan kepada Dhani perihal keinginannya menjadi pelaku bom bunuh diri di dua hotel yang menjadi latar belakang mereka.
“Ini bukan bunuh diri. Bunuh diri itu hanya untuk orang yang frustrasi,” begitu jawab Nana. Selanjutnya, rekaman video memperdengarkan pernyataan Zuhri yang menyatakan, “Amerika hancur, Australia hancur, dan Indonesia hancur.”
Rekaman sebelum aksi bom Marriott jilid II tersebut konon hanyalah sebagian dari isi laptop yang disita dari Solo. Selain menunjukkan rekaman tersebut, Polisi juga menampilkan kutipan surat Zuhri yang dibuat pada Juli 2009. Surat yang disita dari lokasi kejadian di Jatiasih, Bekasi, tersebut, mendeklarasikan jika kelompok "teroris" adalah organisasi yang rapi.
“Ada pemimpinnya, ada bendaharanya, ada yang ngurusin dana ... “ sebut surat itu.
Nana dan Dhani diketahui melakukan pengeboman setelah mendapat doktrin dari Syaifuddin Zuhri—berstatus buron—dan Noordin M Top. Noordin diketahui tewas di Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, pada 17 September 2009. Bom pagi di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tersebut seperti sebuah sinyal dari jaringan teroris Noordin M Top bahwa jaringan tersebut masih ada.
Bom tersebut adalah aksi pertama setelah Dr. Azahari, warga negara Malaysia ahli perakit bom, tewas pada penggerebekan di Malang, Jawa Timur, pada 2005 lalu. Pada aksi tersebut kemudian diketahui juga jika Azahari dan Noordin, yang memiliki keahlian merekrut pelaku bom, sudah mewariskan kemampuannya.
Sejauh ini diketahui kematian Azahari tidak meluluhkan jaringan teroris. Termasuk juga penangkapan Hambali, yang diketahui memiliki peranan penting dengan jaringan luar negeri. Hilangnya dua tokoh tersebut justru menjadikan mereka memperkuat sel-sel jaringan.
Pendanaan, sel baru seperti sel Zuhri tidak pernah didengar sebelumnya, ternyata mereka telah berhasil membangun komunikasi dengan kelompok radikal di luar negeri untuk pendanaan, kata anggota Tim Antiteror, Kombes Tito Karnavian, di Jakarta, Selasa (29/9).
Muhammad Jibriel Abdul Rahman, tersangka yang ditangkap pada akhir Agustus lalu, berperan membangun jaringan di luar negeri. Tito menyebutkan, Jibriel yang pernah bersekolah di Pakistan memiliki jaringan dengan Alqaidah dan jaringan radikal internasional. Kemudahan akses teknologi informasi memudahkan Jibriel membangun jaringan yang sempat kocar-kacir pasca peristiwa World Trade Center, New York.
Tito menjelaskan, sekitar setahun lalu, Jibriel dan Zuhri melakukan komunikasi. Keduanya pernah ke Arab Saudi bersama-sama, ujarnya.
Sementara mengenai target, terjadi perubahan mendasar, yakni dari sekadar target far-enemy, yaitu target terkait dengan simbol-simbol negara Barat menjadi target near-enemy, yaitu target lokal. Tito menjelaskan, kelompok ini menganggap Indonesia telah memfasilitasi demokrasi yang diperjuangkan oleh Barat.
Kepala Unit Cyber Crime Bareskrim Polri, Kombes Petrus Golose, mengatakan, target lokal yang mereka incar adalah simbol-simbol negara. Target yang sudah direncanakan dan akan dilakukan pada Agustus lalu adalah pengeboman di kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor.
Tito mengatakan, rencana pengeboman yang diketahui dari penggerebekan di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, tersebut juga memberikan tanda awas bagi masyarakat. Tito menyebut, kelompok ini sudah menyiapkan serial attack atau serangan berseri. Jika tahun-tahun sebelumnya, mereka melakukan satu aksi setahun. Pasca Ritz-Carlton mereka sudah menyiapkan serial attack, kata dia.
Untuk itu, Petrus menerangkan, Polri tidak hanya melakukan tindakan represif terkait "teroris". Tapi, juga tindakan preventif, kata dia. Saat ini, dilanjutkan, Polri tengah gencar melakukan deradikalisasi, yaitu mengubah dari yang radikal menjadi tidak radikal.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, mengatakan, proses ini memang tidak dirasakan secara langsung dampaknya. Tapi, ini perlu dilakukan, kata dia. Ditambahkan, pihaknya sangat mengharapkan bantuan masyarakat, termasuk ulama, dalam proses ini.
Tanggapan Pengamat
Menanggapi pemaparan polisi tersebut, pengamat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo, menilai survei yang dilakukan para pelaku bom bunuh diri di kawasan Mega Kuningan, benar dilakukan oleh kelompok Noordin M Top.
Kalau surveilans pasti diamati ke lokasi, katanya, Selasa (29/9). Jadi, kata Hermawan, benar-benar bisa dilakukan oleh kelompok Noordin. Itu kan kerjaan biasa, bikin peta untuk pengeboman hal normal.
Hermawan menambahkan, orang sering lupa kalau korban banyak orang asing. Jadi, semua negara atau pemerintah selalu mengirim polisi mereka untuk mengamati kerja polisi Indonesia. Jadi, polisi kita tidak bisa rekayasa. Karena polisi luar pasti teriak kalau mereka main-main, tandasnya.
Pandangan berbeda muncul dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang mempertanyakan apakah benar itu adalah laptop milik Noordin M Top atau hanya rekayasa aparat semata. Karena memang terasa sangat aneh dan janggal. Semua seperti sudah diatur dan disiapkan, tandas Ismail Yusanto, juru bicara HTI.
Dikatakan Yusanto, jika memang melawan Amerika Serikat, apa perlunya Noordin merekam peristiwa yang seperti saat jogging dan lainnya. Itu terlalu lugu. Jadi seperti sudah disiapkan sebagai bahan dari suatu rangkaian cerita besar.
Menurutnya, ini sama ketika mucul video rekaman pasca terjadinya peledakan bom Bali II dan bom Kuningan.
Lantas, bagaimana menurut anda? [adm/muslimdaily/republika/viva]
Posting Komentar