Dalam pidatonya sepanjang satu setengah jam pada Sidang Umum PBB, Rabu (23/9), Muammar Qaddafi langsung menyerang negara-negara anggota Dewan Keamanan (DK) yang memiliki hak veto di PBB.

Menurut Qaddafi, negara-negara yang memiliki hak veto telah mengabaikan pendapat 192 negara anggota penuh PBB dan mengabaikan prinsip-prinsip Piagam PBB. "Pembukaan piagam PBB menyatakan semua bangsa adalah sederajat, apakah mereka kecil atau besar," katanya sebagaimana dikutip Aljazeera.

Qaddafi menuduh anggota-anggota tetap DK telah melemahkan negara-negara lain. "Hak veto (yang hanya dimiliki lima negara) bertentangan dengan piagam PBB. Kami tidak menerima itu dan tidak mau mengakuinya. Hak veto harus dibatalkan!" tegasnya.

Dalam pidato yang jauh melebihi batas waktu 15 menit yang dijatahkan, Qaddafi dengan lantang membaca pasal-pasal Piagam PBB pada salinan kertas yang ia bawa. Pada satu titik, ia mengangkat tangannya dan membuat sobekan kecil di bagian depan sambil berujar, "DK tidak memberikan kita keamanan tetapi teror dan sanksi-sanksi.”

Qaddafi menyebut DK PBB yang terdiri dari AS, Inggris, Perancis, Rusia dan Cina, telah gagal mencegah atau campur tangan dalam 65 perang yang telah berlangsung sejak organisasi itu didirikan tahun 1945. "Bagaimana kita bisa bahagia dan aman di dunia jika dunia ini dikendalikan oleh empat atau lima kekuatan? Kita hanya seperti dekorasi," kecamnya.

Menurut Qaddafi, Majelis Umum adalah "parlemen dunia" yang mendiktekan keputusan-keputusan DK kepada 192 anggota lainnya. Dalam dua dekade terakhir, muncul kekuatan-kekuatan ekonomi seperti Jerman, India, Jepang, dan Brazil yang menyerukan reformasi komposisi DK dan menciptakan tambahan kursi anggota tetap.

Qaddafi mengatakan, penambahan jumlah anggota tetap akan menjadi kontraproduktif. Sebaliknya, ia meminta federasi dan organisasi-organisasi regional seperti Liga Arab, Organisasi Negara-Negara Amerika, Uni Afrika, dan Gerakan Non-Blok agar diberikan kursi permanen di DK.

Bagi pemimpin yang baru-baru ini dinobatkan sebagai Ketua Uni Afrika itu, hak veto kelima anggota DK seharusnya dihilangkan, atau seharusnya PBB memperbanyak jumlah anggota DK dengan tambahan negara-negara lainnya. "Jika begini, tidak bisa disebut dewan keamanan, tapi dewan teror,” katanya. "Nah, saudara-saudara, tidak perlu menghormati PBB, tidak perlu menghormati Majelis Umum.”

Saat Qaddafi bicara, senat AS menyetujui resolusi yang mengutuk perayaan mewah kembalinya Abdel Basset al-Megrahi ke Libya. Al-Megrahi dihukum karena melakukan pengeboman pesawat penumpang AS di atas kota Lockerbie, Skotlandia, tahun 1989. Senat AS menuntut Tripoli agar meminta maaf atas perayaan tersebut. Libya memiliki kursi sementara di PBB sampai akhir 2010.

Dalam pidatonya, Qaddafi juga mengusulkan sebuah solusi untuk mengatasi masalah imigran ilegal yang mengalir dari pantai utara Afrika ke Eropa. "Kekuasaan kolonial dunia telah mengambil kekayaan Afrika, Asia, dan Amerika Latin sehingga diharapkan generasi baru yang muda-muda akan mengikuti kekayaan tersebut. Kembalikan kekayaan itu, dan Anda akan melihat penurunan imigrasi ilegal!”

Qaddafi sempat memuji Presiden AS, Barack Obama, yang ia gambarkan sebagai "anak Afrika" dan "kilatan cahaya dalam kegelapan". Dia menyetujui sepenuhnya pidato Obama dalam sidang yang sama dan menyebutnya sebagai hal yang belum pernah dilakukan oleh presiden-presiden AS sebelumnya. Qaddafi, yang berbicara di Majelis Umum PBB untuk pertama kalinya sejak ia merebut kekuasaan di negerinya 40 tahun lalu, tampak bertele-tele dan tidak fokus. Ia membaca catatan-catatan tulisan tangan ketika berbicara tentang puluhan masalah.

Membela Taliban
Dalam pidato panjang dan bersejarah itu, Qaddafi meneriakkan dukungannya terhadap Taliban Afghanistan. "Mengapa kita menentang Taliban? Mengapa kita menentang Afghanistan?" tanyanya kepada 192 pemimpin dan kepala negara yang hadir.

"Jika Taliban mau membentuk negara agama seperti Vatikan, tidak masalah. Apakah Vatikan membahayakan kita? Tidak. Jika Taliban ingin menciptakan keamiran Islamiyah, siapa bilang mereka musuh?" lanjutnya.

Taliban yang memerintah Afghanistan sejak 1996 mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan oleh invasi yang dipimpin AS tahun 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin al-Qaidah Osama bin Laden yang dituduh bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 yang menewaskan sekitar 3.000 orang.

Pejuang Taliban melancarkan perlawanan untuk merebut kembali kekuasaannya. Mereka sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan gerilya untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang membantunya.

Dan Qaddafi sangat bersimpati dengan perlawanan dan perjuangan Taliban yang tak terpatahkan melawan AS dan sekutu-sekutunya. [adm/sabili]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts