Ketegangan antara Mesir dan Aljazair akibat pertandingan sepak bola kedua negara guna meraih tiket piala dunia Afrika Selatan 2010 terus berlanjut. Ketegangan yang semua bergejolak di antara supporter kedua tim merembet pada skala yang lebih besar, yaitu media, para tokoh, dan pejabat tinggi negara.

Ketegangan tersebut memuncak dengan pecahnya beberapa peristiwa semisal pelemparan bus tim Aljazair oleh beberapa orang supporter Mesir di Kairo (12/11), perusakan perusahaan Mesir dan kantor biro Egypt Air di Aljazair (15/11), perusakan yang dilakukan warga keturunan Aljazair di Marsilia , Prancis (14/11), hingga "bentrok" antar supporter kedua tim sesaat setelah pertandingan penentuan play-off antar kedua negara yang digelar di Sudan (18/11) dan mengakibatkan puluhan supporter Mesir mengalami luka-luka.

Beberapa hari yang lalu, Presiden Mesir Husni Mubarak menggelar rapat dengan beberapa pejabat tinggi negaranya, termasuk PM Mesir Ahmad Nazhif, Menlu Mesir Ahmad Abu al-Ghayth, dan para petinggi intelejen untuk menyikapi sikap brutal yang dilakukan warga Aljazair terhadap warga dan perusahaan milik Mesir.

Sebelumnya, pembahasan masalah "perang bola" juga sempat memanas di majlis pemerintahan Aljazair. Beberapa anggota parlemen Aljazair juga mengusulkan opsi untuk meninjau ulang kembali hubungan negaranya dengan Mesir.

Kementrian Luar Negeri kedua negara juga ikut "turun gunung" dengan sama-sama memanggil Duta Besar masing-masing negara. Kemenlu Aljazair memanggil Dubes Mesir untuk Aljazair, sementara Kemenlu Mesir memanggul Dubes Aljazair untuk Mesir.

Jum'at (20/11) kemarin, ratusan pendukung fanatik tim bola Mesir melakukan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Aljazair di bilangan Zamalik, Kairo. Para pengunjuk rasa hampir saja menduduki dan menyerbu ke dalam komplek gedung kedutaan.

Tak hanya itu saja, dalam sebuah acara televisi bertajuk "Al-Qahirah al-Yawm (Cairo Today)" yang mengudara pada Rabu malam (18/11) lalu, seorang wakil pemimpin redaksi harian terkemuka Mesir Al-Ahram, Ahmad Musa, menyerukan warga Mesir untuk menangkap siapa saja warga Aljazair yang didapatinya di Mesir. Tak hanya itu saja, Musa juga menyerukan untuk membunuh mereka.

Tampak naif memang, kedua negara jadi terlibat perang urat syaraf hanya gara-gara pertandingan bola. Padahal, institusi keagamaan terkemuka Al-Azhar di Mesir, Abdulqadir di Aljazair, bahkan pucuk tertinggi pimpinan persatuan ulama Muslim internasional, Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawi, telah merilis fatwa yang menyatakan "haram hukumnya sikap fanatisme berlebihan karena bola". [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts