NEW DELHI – Mencoba mencari pembenar atas keputusannya untuk melakukan invasi ke Irak, mantan presiden AS George W. Bush pada hari Sabtu waktu setempat mengatakan bahwa mendongkel Saddam Hussein dari kekuasaannya adalah sebuah hal yang “penting” pasca terjadinya peristiwa 9/11.

Namun Bush juga mengatakan bahwa dirinya “menyesal” karena harus mempergunakan kekuatan militer sedemikian rupa, Bush menambakan bahwa dirinya kala itu tidak memiliki “pilihan” lain.

Bush, yang memanen banyak kritikan atas perang Irak yang diluncurkannya pada bulan Maret 2003 silam, menampik adanya pernyataan yang menyebtukan bahwa tindakan gilanya tersebut justru memicu gerakan radikalisme dalam komunitas Muslim.

Bush tetap ngotot dan menyatakan bahwa seluruh dunia, termasuk Irak, kini telah berubah menjadi “lebih baik”.

Menggambarkan Saddam Hussein sebagai seorang “diktator brutal” yang mengancam dan membahayakan AS, Bush mengatakan bahwa hal tersebut semakin menambah kepentingan AS untuk menggulingkan Saddam Hussein setelah peristiwa 9/11.

Menurut Bush, menyingkirkan Saddam Hussein adalah hal yang penting, karena ia “merasa” bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal, ditambah lagi para inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak diijinkan masuk Irak. Hal tersebut diungkapkan Bush dalam sebuah pidato di Konferensi Kepemimpinan Hindustan Times di New Delhi.

Saddam ditangkap oleh pasukan AS dari sebuah bunker pada bulan Desember 2003. Ia kemudian digantung pada tanggal 20 Desember 2006.

Bush mengatakan bahwa keputusan “perubahan rezim” di Irak sebenarnya telah diambil dalam masa kekuasaan Bill Clinton.

“Saya sebenarnya berharap untuk dapat melucuti Saddam secara damai. Maaf karena kami harus mempergunakan cara militer, namun tidak ada pilihan lain,” kata mantan presiden AS tersebut.

Menjabarkan pentingnya penggunaan kekerasan, Bush mengataka bahwa Dewan Keamanan PBB telah meloloskan 17 resolusi yang menyerukan pelucutan Saddam, namun Bush mengklaim bahwa mantan penguasa Irak tersebut bersikap tidak kooperatif.

Bush menyatakan bahwa tindakan AS telah memberikan peluang bagi rakyat Irak untuk memilih alternatif dari penguasa “tirani” melalui jalan demokrasi.

Bush menambahkan, keputusan untuk menyerbu Irak bukan keputusan tunggal AS, karena ada 41 negara lainnya yang turut bergabung.

Menampik tudingan bahwa kampanye militer AS telah menyulut gelombang radikalisme di dunia Muslim, mantan presiden AS tersebut mengklaim bahwa bahkan sebelum serbuan AS, sudah ada 10.000 warga Irak yang mendapatkan “pelatihan terorisme” di Afghanistan.

“Lalu apa yang bisa kami lakukan, membiarkan mereka melakukan apa yang dapat mereka lakukan dan tidak membuat mereka marah? Saya sama sekali tidak mempercayai argumen yang menyatakan bahwa perbuatan kamilah yang memicu radikalisme,” kilah Bush.

Bush menambahkan: “Para pembunuh ini memang berkeinginan untuk merubah tatanan masyarakat.”

“Kita harus menemukan orang-orang ini dan menyeret mereka agar dapat diadili. Kita harus menyerang sebelum mereka menyerang terlebih dahulu. Kita tidak bisa berdiam diri dan ongkang-ongkang kaki,” kata Bush.

Dalam konferensi tersebut, Bush juga mengatakan bahwa dalam masa masa pemerintahannya, India menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri AS, dia menambahkan bahwa dirinya telah melihat India sebagai calon kekuatan besar.

Mengenai hubungannya dengan Perdana Menteri Manmohan singh, Bush berkata: “Saya menyukai Perdana Menteri India. Dia adalah seorang pemimpin yang bijak, orang yang baik. Dan saya bangga bisa memiliki teman sepertinya.”

Bush juga menyatakan bahwa AS menyambut kedatangan para pelajar dari India untuk menimba ilmu di negara Paman Sam. [adm/suaramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts