"Ini bukan perang, tapi agresi dan sangat brutal".."Israel memalukan!" Ribuan orang yang terluka dan penyandang cacat menderita kelelahan, kegelisahan dan teror di Jalur Gaza" .. "dunia seakan diam, Israel terus melanjutkan pengepungan terhadap Gaza" .. kata-kata ini bukan ditulis oleh penulis Arab atau komentar yang diterbitkan dalam surat kabar atau website Arab, namun ini adalah artikel yang ditulis oleh penulis Israel dan diterbitkan oleh surat kabar Israel sendiri "Haaretz" pada peringatan pertama pecahnya agresi Israel di Jalur Gaza.

Dalam edisi hari Ahad (27/12), surat kabar tersebut menerbitkan sebuah artikel yang ditulis oleh penulis Israel Gideon Levy, di mana ia sendiri mengkritik dan mengecam keras tindakan Israel, sewaktu Israel melancarkan perang di Jalur Gaza pada bulan Desember dan Januari lalu, yang telah menyebabkan situasi kemanusiaan yang mencekam disebabkan oleh serangan Israel dan diperparah lagi adanya embargo yang dipaksakan oleh Israel di Jalur Gaza sejak Hamas mengambil alih pada bulan Juli 2007.

Artikel Levy, yang diterbitkan dengan judul: "Apakah serangan Israel di Gaza Layak Dilakukan?", menjadi pengecualian bagi media Israel pada peringatan pertama perang di Jalur Gaza, dimana surat kabar Israel pada hari Ahad kemarin hampir semua kosong dari setiap komentar mengenai perang tersebut."

Penulis Israel ini memulai artikel dengan kata-kata yang mengejek sebuah paradoks yang menandai peringatan pertama pecahnya perang di Gaza dengan sebuah kisah untuk bulan kesepuluh kalender Ibrani, yang ketika itu orang-orang Yahudi berpuasa untuk memperingati Babel mengepung Yerusalem pada abad keenam SM.

Levy mengkritik kurangnya kepedulian Israel terhadap situasi kemanusiaan yang diciptakan oleh pengepungan Israel di Jalur Gaza, ia mengatakan: "Penderitaan meningkat (warga Palestina di Gaza), sedangkan beberapa orang tampak tertarik pada apa yang sedang terjadi, tahun yang telah berlalu sejak 27 December (2008), adalah tahun yang paling memalukan bagi Israel, lebih dari waktu lainnya. "

Levy menambahkan: "Dalam hasil akhir perang, yang sebenarnya bukanlah sebuah perang, namun merupakan agresi dan sangat brutal, telah menimbulkan pukulan yang sangat parah bagi status Israel di dunia internasional, terlebih lagi adanya ketidakpedulian publik Israel tentang apa yang terjadi di Gaza."

Ia juga berkomentar: "citra Israel di dunia setelah perang telah menjadi jauh lebih buruk daripada sebelumnya," dan menambahkan "bahkan bagi mereka yang masih percaya bahwa serangan itu perlu dan dibenarkan hanya untuk menghentikan tembakan roket Qassam, namun kita harus memperhitungkan harga moral dan politik Israel yang harus dibayarkan karena Israel telah melakukan kekerasan "dalam perang di Gaza.

Levy menyatakan dalam artikelnya juga : "Pada hari (peringatan dimulainya perang) adalah hari yang paling memalukan bagi Israel, karena dunia, tidak seperti Israel, melihat apa yang terjadi, dunia melihat ribuan orang yang mati dan terluka diangkut ke rumah sakit namun tidak dapat diproses di Jalur Gaza, Setelah satu jam sejak keputusan oleh Tel Aviv meluncurkan militer "terhadap Gaza.

Levy menyatakan bahwa dunia tidak bisa percaya dan menolak alasan dan kebohongan propaganda Israel, dengan membandingkan penderitaan warga Sderot (pemukiman Israel di bawah serangan rudal Palestina sebelum dan selama perang) dengan penderitaan di Gaza, dan tidak bisa dipercaya bahwa penembakan bom fosfor sebagai bagian dari membela diri, atau pembunuhan puluhan polisi di lapangan upacara adalah tindakan yang sah."

Penulis Israel ini melanjutkan dalam artikelnya: "Dunia telah menyaksikan Goliath Israel menyerang tanpa ampun kepada David Palestina," dan menjelaskan bahwa volume kerugian bagi Israel adalah satu Israel untuk setiap 100 orang Palestina, dan Angkatan Pertahanan Israel telah ditanamkan doktrin baru yang hampir semuanya berjalan untuk mencegah jatuhnya korban di pihak kita.

"Dunia juga tahu bahwa dalam kasus ini bagaimana demokrasi telah hilang di wilayah ini, bahkan masyarakat Gaza tidak bisa menikmati untuk menentukan nasib mereka sendiri, hak asasi manusia tercabut para pengungsi dan anak-anak hidup di bawah pengepungan. Jadi dunia merespons dengan kekerasan yang dibenarkan kepada kita.

Penulis artikel ini juga mengkritik apa yang ia sebut "kebisuan universal" tentang situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, sambil mengatakan: "Satu tahun kemudian, dengan 4,5 milyar dollar yang dikumpulkan untuk merehabilitasi Gaza terpaksa harus tersimpan di peti uang dari bank-bank yang ditutup,karena Israel menolak untuk membuka pintu gerbang Gaza untuk mengizinkan bantuan masuk, sementara dunia hanya bisa diam, meninggalkan nasib Gaza di bawah reruntuhan puing-puing bangunan.

Pasukan Israel meluncurkan agresi skala besar di Jalur Gaza berlangsung selama 23 hari dari tanggal 27 Desember 27 2008 sampai dengan 18 Januari 2009, dan menyebabkan kematian sekitar 1.450 orang Palestina, termasuk sekitar 450 anak-anak, dan mencederai 5.200 orang lain, menghancurkan lebih dari 20 ribu rumah d menurut angka yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa serta pemerintah di Jalur Gaza.

Israel mengatakan perang menyebabkan kematian dari 13 orang Israel, baik sewaktu melakukan operasi, maupun serangan roket yang ditembakkan oleh para pejuang Palestina ke kota-kota di Israel. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts