AMSTERDAM – Mungkin sebagian kaum Yahudi tertarik dengan ide-ide Geert Wilders, namun Jaringan Yahudi Maroko merasa bahwa ini saatnya bagi mereka untuk bertindak mengatasi pengaruh Wilders yang terkenal anti-Islam.

“Wilders memecah belah kaum Muslim dan Yahudi,” tertulis dalam selebaran yang disebarkan. Alasan diadakannya perdebatan itu adalah adanya kekhawatiran mengenai sejumlah Yahudi yang secara terbuka mengatakan bahwa mereka akan memilih PVV, partai Wilders.

“Untunglah jumlahnya hanya sebagian kecil,” ujar Hadassa Hirschfeld. Jumlah Yahudi yang membela Wilders tidak terlalu banyak, namun itulah yang diperdebatkan oleh Jaringan Yahudi Maroko Amsterdam (JMNA) pimpinan Hirschfield.

Minggu lalu, Mohamed Rabae telah mengatakan bahwa warga Maroko di jaringan tersebut merasa khawatir. “Kita harus secepatnya membahas ini untuk mencegahnya semakin meningkat,” ujar Mohamed. “Warga Maroko menemukan bahwa dukungan terhadap Wilders ini benar-benar tidak dapat dimengerti.”

“Saya pikir semua ide PVV tentang Muslim untuk diperangi. Dan kaum Yahudi tahu persis bagaimana rasanya mendapat stigma.”

Bukannya Hirschfield bersemangat untuk mengadakan perdebatan tentang Wilders. “Kita tidak dapat menghindari bahwa Wilders hanya memainkan sebuah peran dalam masyarakat. Namun, mari kita bicarakan tentang bagaimana kita dapat melawan rasisme, xenophobia, antisemitisme, dan Islamophobia ini.”

“Kami tidak akan mundur dari subyek yang sulit ini. Inilah yang membentuk kekuatan kami.”

Pertentangan dari kaum Yahudi tersebut tentu saja mengundang banyak tanya, mengingat Geert Wilders juga merupakan Yahudi yang berasal dari negara dengan jumlah Muslim terbanyak di dunia, Indonesia.

Hal mengejutkan tersebut disampaikan seorang Antropolog asal Belanda, Lizzy van Leeuwen yang menuliskan dalam media De Groene Amsterdammer bahwa Geert Wilders ternyata memiliki garis keturunan Indonesia.

Namun menurut Leeuwen, Wilders berupaya menyembunyikan hal tersebut dengan rambut pirangnya.

Nenek Wilders berasal dari kalangan keluarga Yahudi-Indonesia yang bermarga Meijer. Kakek Wilders, John, adalah Deputi Direktur keuangan di Hindia

Timur (sebutan Belanda untuk Indonesia kala masih menjajah Indonesia). Sang kakek juga sama sekali tidak pernah bergabung dalam kemiliteran, sebagaimana yang selalu diklaim oleh Wilders. Boleh jadi kebencian Wilders terhadap Islam ada keterkaitannya dengan darah Yahudinya.

Ternyata rambut pirang yang selama ini menjadi ciri khas Wilders adalah palsu, demikian menurut sang antropolog. “Wilders yang “jenius” telah tertangkap basah. Rambut Wilders adalah sebuah pertanda bahwa politik kini tidak lagi dianggap serius.”

Dalam artikel tersebut, sang antropolog menjelaskan mengenai adanya hubungan antara NSB (Nationaal

Socialistische Beweging) dengan segala sikap anti-Islam Wilders dan patriotismenya yang cenderung

ekstrimis. Ekstrimisme tersebut dianut oleh Wilders dan banyak politisi Belanda lainnya yang memiliki garis keturunan Hindia. Partai NSB tersebut sangat populer pada tahun 1930an di Hindia Timur.

Nationaal Socialistische Beweging adalah sebuah partai yang menjadi komponen penting Nazi

dari tahun 1931 hingga 1945. Setelah bulan Desember 1941, ketika partai-partai Nazi Belanda lainnya diserap oleh NSB, maka partai tersebut menjadi satu-satunya partai Nazi Belanda. NSB berkeinginan untuk menyatukan Belanda dan Flander. Flander adalah sebuah daerah yang terletak di sebelah utara Belgia, para penduduknya disebut Flemish atau Fleming, dan kini menjadi mayoritas di Belgia. Ada sebuah skenario yang ingin mempersatukan keduanya untuk memungkinkan berdirinya “Liga Jerman”, dimana Jerman akan menjadi pemimpin liga tersebut. NSB didirikan pada tanggal 14 Desember 1931 oleh Anton Mussert. Hingga tahun 1936, sebuah bendera dipergunakan dengan warna dasar bendera Belanda, namun memiliki desain yang mirip dengan lambang swastika Nazi.

Namun, hingga saat ini, Wilders masih belum memberikan tanggapan resminya atas dimuatnya artikel di De Groene Amsterdamer tersebut. [adm/suaramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts