Hamas memutuskan tidak akan menandatangani kesepakatan pemerintahan bersatu dengan Fatah, sebelum tercapai kesepakatan soal pertukaran tawanan dengan Israel.

Surat kabar Al-Hayat-harian berbahasa Arab yang terbit di London,Inggris-dalam laporannya menyebutkan bahwa Hamas sudah menyampaikan pesannya pada Mesir soal negosiasi pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel. Hamas menyatakan akan memfokuskan diri pada negosiasi pertukaran tawanan sebagai syarat pembebasan Gilad Shalit, prajurit Israel yang ditawan pejuang Hamas sejak tahun 2006.

Al-Hayat juga mengutip pernyataan sumber-sumbernya di Israel yang mengatakan bahwa 17 tahanan di Yerusalem Timur akan dibebaskan sebagai upaya pembebasan Shalit. 10 dari 17 tahanan yang dibebaskan, menurut sumber di Israel, dideportasi ke luar Israel.

Sedangkan sumber-sumber Hamas, seperti dikutip Al-Hayat, menyatakan negosiasi pertukaran tawanan menemui jalan buntu karena Israel menolak membebaskan tahanan Palestina dengan jumlah yang ditetapkan Hamas. Hamas menuntut pembebasan 50 tawanan dan salah satunya adalah komandan Hamas. Jabal Abu Al-Hija dan Hassan Salama.

Al-Hija adalah komandan Hamas di Jenin yang oleh Israel dijatuhi sembilan hukuman penjara seumur hidup dengan tudingan terlibat dalam berbagai aksi teroris di wilayah Israel, termasuk insiden serangan mobil ke mall Hadera yang terjadi tahun 2000. Sementara Salama dituduh bertanggungjawab atas terbunuhnya warga Israel dalam berbagai insiden serangan, antara serangan bom terhadap dua bis yang terjadi di Yerusalem pada tahun 1996. Serangan itu menewaskan 44 orang Israel dan Salama dikenakan vonis 38 hukuman penjara seumur hidup pada tahun 1998.

Hari Senin kemarin, Hamas menyatakan bahwa kesepakatan pertukaran tawanan dengan Israel kemungkinan akan tercapai pada bulan Desember ini. Sementara juru runding dari pihak negara Jerman yang menjadi mediator negosiasi, sudah tiba di Jalur Gaza untuk melanjutkan pembicaraan dengan Hamas. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts