Hari Rabu sore kemarin, pemerintah penjajah Zionis-Israel telah menyerahkan kepada Syeikh Ikrimah Shabri, keputusan mengenai larangan masuk masjid Al-Aqsa selama 6 bulan.

Sebagaiman disebutkan kantor berita Palestina, bahwa pihak penjajah telah mengeluarkan keputusan guna menjauhkan para tokoh Palestina dari Al Aqsa. Sebelumnya ulama yang kini menjabat sebagai imam dan khatib Al Aqsha ini, menerima panggilan, saat beliau baru tiba dari perjalanan dari Diyar Al Hijaziyah.

Melalui pengacara, beliau bermaksud menunda untuk memenuhi panggilan, karena letih. Akan tetapi pihak Israel tidak menerima alasan itu, dan mereka mengancam akan menahan Syeikh Ikrimah, jika beliau tidak segera memenuhi panggilan. Akhirnya, ulama yang pernah menjabat sebagai mufti Palestina itu mendatangi ruang intelijen no. 4, di Al Quds Barat, guna menerima surat pelarangan masuk Al-Aqsa.

Sebelumnya beberapa tokoh lain juga telah dilarang memasuki masjid yang pernah menjadi kiblat umat Islam itu. Syeikh Raid Shallah, Ketua Harakah Islamiyah dan Hatim Abdul Qadir, tokoh dari gerakan Fatah yang memiliki perhatian terhadap Al-Quds, termasuk dari mereka yang dilarang.

Ulama yang juga Ketua Mahkamah Islam di Al-Quds ini mengecam Israel yang memberikan penentuan batasa usia orang-orang yang harus memasuki Masjidil Aqsa. Menurutnya, batasan usia yang diberikan Israel adalah rasis dan mencoba menghilangkan peran kaum muda Palestina.

Selain itu, beliau juga mengaku heran atas keheningan badan-badan HAM dan negara-negara Barat yang berbicara pro-demokrasi siang dan malam, dan yang menyuarakan keprihatinan atas masalah-masalah seperti patung Buddha di Afghanistan. Namun untuk masalah Yerusalem di Palestina yang menderita rasisme tingkat tinggi atas pelarangan memasuki tempat ibadah di siang bolong, tidak pernah ada yang memprotes. [adm/hidayatullah]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts