Pemahaman tentang Zionisme sangatlah penting bagi setiap muslim. Sebab pemahaman masyarakat Indonesia terhadap gerakan Zionisme secara umum, masih sangat awam. Di sisi lain, serangan pemikiran tentang Zionisme acapkali distorsif dan parsial. Dari latar belakang inilah lahir KaZI.

Pernyataan ini disampaikan salah satu pendiri Forum Kajian Zionisme Internasional (KaZI) Ir. H. Surya Madya. "Sehingga kita berharap bukan KaZI saja yang terlibat melakukan pembelajaran. Umat Islam yang paham seharusnya terlibat," kata Surya yang ditemui, di sela-sela acara Kongres Kajian Zionisme Internasional bertajuk, "Mewaspadai Gurita Zionisme" di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta.

Menurut ia, masyarakat dunia tidak bisa sama sekali menyepelekan gerakan Zionisme internasional yang kini sudah meluber ke mana-mana, bahkan hingga ke Indonesia. Ada makar besar yang tak diketahui banyak orang di balik gerakan yang didirikan Yahudi ekstrim Theodor Herzl ini.

Senada dengan Surya, Ketua Panitia Kongres Zionisme Internasional, Tri Putranto, mengungkapkan bahwa perhatian kaum muslimin secara khusus dan masyarakat pada umumnya terhadap ide Zionisme, masih sangat kurang.

"Sehingga kajian semacam ini akan terus kita giatkan. Hidayatullah pun kita harapkan bisa terlibat," kata Putranto.

Kajian Zionisme Internasional (KaZI) adalah forum umat Islam, yang didirikan karena dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan adanya kajian khusus tentang Zionisme. KaZi berdiri tahun 2006 lalu di Jakarta.

Menurut Putranto, Kongres yang digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah tersebut adalah gelaran pertama sejak berdirinya KaZI.

Hadir sebagai pembicara di antaranya Asep Sobari (peneliti sejarah INSISTS), Nirwan Syafrin (Direktur Eksekutif INSISTS), Ridwan Saidi (penulis buku-buku Zionisme, tokoh Betawi), Indra Adil (penulis buku The Lady Di Conspiracy), dan Tiar Anwar Bachtiar (penulis buku Hamas: Kenapa Dibenci Amerika?).

Pada sesi kedua yang dilakukan setelah sholat dhuhur, pembicara yang hadir adalah Adnin Armas (peneliti INSISTS, penulis buku Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran), Muhaimin Iqbal (penulis buku Dinar Solution), Jose Rizal (Presidium MER-C), dan Herry Nurdi (Pemred Sabili, penulis buku Lobi Zionis dan Rezim Bush).

Acara tersebut juga diselingi dengan Pemutaran film dokumenter, pembacaan puisi, dan tanya jawab.

Mantan Menteri Kesehatan, DR. Dr. Siti Fadillah Supari yang hadir dalam acara tersebut sebagai keynote speaker mengatakan bahwa gerakan Zionisme sudah sedemikian menggurita sehingga banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa mereka sudah berada di bawah kendali kaum Zionis yang bertujuan untuk menguasai dunia dengan cara melakukan berbagai konspirasi termasuk di bidang kesehatan.

Mantan menteri yang pernah menghebohkan dengan bukunya berjudul "Saatnya Dunia Berubah. David Versus Goliath: Membaca Indonesia dalam Kancah Konspirasi Global" mengingatkan masyarakat Indonesia untuk tidak melihat Zionisme hanya sekedar simbol anti-Islam karena target gerakan Zionisme sebenarnya adalah seluruh umat manusia.

"Jika kita melihat Zionisme hanya sebagai simbol, kita akan terkecoh bahwa gerakan itu hanya ingin menyerang Islam. Karena gerakan ini sudah menggurita dan sasarannya adalah seluruh manusia, bukan hanya umat Islam," kata Siti Fadillah.

"Zionisme ada di sekeliling kita. Mulai dari sistem pendidikan, ekonomi, kesehatan dan yang secara halus ditanamkan dengan dengan dalih reformasi di berbagai bidang. Jika masyarakat enggak mengkaji masalah-masalah Zionisme, tanpa sadar kita akan diperdaya dan dipecundangi," sambung Siti.

Gerakan Zionisme, ungkap Siti, ingin membuat penduduk dunia bergantung dari sisi kesejahterannya pada kaum Zionis, untuk itu Zionsime sengaja menciptakan sistem dunia yang tidak adil dan bertentangan dengan kemanusiaan. Ia mencontohkan badan kesehatan dunia, WHO yang menurutnya hanya menjadi perpanjangan tangan negara-negara adikuasa untuk melanggengkan penjajahan dan penindasan terhadap masyarat negara lain dengan menggunakan alasan kesehatan dan menciptakan konsep-konsep yang menyengsarakan manusia, seperti neoloberalisme, kapitalisme, neo-imperialisme yang oleh Siti Fadillah diistilahkan sebagai "cucu-cucu Zionisme".

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa selain terus melakukan kajian, dibutuhkan nurani dan keberanian untuk melawan gerakan Zionisme yang sudah terlanjur menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dunia dengan konspirasi-konspirasi canggihnya. Dalam kaitannya di Indonesia, Siti Fadillah berharap para negarawan di Indonesia menyadari akan adanya gerakan Zionisme ini.

"Dan untuk menghadapi konspirasi kaum Zionis ini, jadilah negarawan-negarawan yang bukan cuma cerdas, tapi juga berani dan Islami," tukasnya. [adm/berbagaisumber]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts