Organisasi keislaman internasional al-Ikhwan al-Muslimun (Ikhwan) yang berpusat di Mesir berencana mengumumkan pucuk tertinggi pimpinannya (Mursyid 'Am) yang ke-VIII pada Ahad (27/12). Pemilihan Mursyid baru organisasi tersebut dikarenakan masa jabatan mursyid incumbent, Muhammad Mahdi Akif, selesai.

Sebagaimana dilansir surat kabar independen Mesir, as-Syuruq (26/12), dipilihnya Mursyid baru organisasi yang juga oposan terbesar dan terkuat pemerintahan Mesir rezim Mubarak itu dilakukan setelah penetapan Majlis Pertimbangan (Maktab al-Irsyad) yang baru beberapa hari yang lalu, dan ditengah kemelut krisis internal organisasi itu yang diwakili kalangan tua dan muda.

Sumber internal Ikhwan mengabarkan, beberapa nama telah dikantongi sebagai calon pasti pucuk pimpinan Ikhwan. Nama-nama tersebut terpilih pasca jajak pendapat di antara para anggota Majlis Syura Ikhwan. Pada mulanya, para calon terdiri dari 5 orang, yaitu Dr. Ahmad Badi', Mahmud Izzat, Dr. Rasyad Bayyumi, Muhammad Habib, dan Gum'ah Amin.

Dalam poling pra-penetapan, Nama Muhammad Badi' menempati posisi teratas. Meski demikian, doktor bidang sains itu menyatakan mengundurkan diri dari bursa pencalonan. Badi' beralasan dirinya lebih baik menjadi "pembantu umum" ketimbang menjadi pucuk pimpinan.

Sikap pengunduran diri Badi' juga diikuti oleh Izzat. Dikatakannya, ia lebih memilih menjadi "mursyid bayangan" di dalam jemaat dan bekerja di balik layar.

Pasca pengunduran dua tokoh besar Ikhwan itu, tinggallah dua nama yang kemudian masuk bursa kandidat, yaitu Rasyad Bayyumi dan Muhammad Habib, naib (wakil) pertama mursyid incumbent. Sassus yang berkembang, Habib juga telah memutuskan untuk "mengepak koper"nya dan kembali ke kampung halamannya di provinsi Asyuth untuk mengajar dan menjadi professor sains di Universitas Asyuth.

Masih menurut sumber internal Ikhwan, bursa calon pun pada akhirnya didominasi oleh Bayyumi, yang dipandang sebagai perwakilan dari sayap konservatif (muhafizhin, atau angkatan tua, yaitu angkatan 65) Ikhwan. Meski demikian, Bayyumi juga dapat diterima dikalangan reformis (islahiyyun, atau angkatan muda).

Sementara itu, salah seorang anggota Ikhwan Mesir yang menetap di Eropa mengatakan, di kalangan anggota Ikhwan di luar Mesir saat ini tengah mencuat kecenderungan untuk memilih Mursyid dari luar Mesir, menimbang netralitasnya dari kemelut yang terjadi di dalam tubuh Ikhwan di Mesir.

Sikap independensi juga dinyatakan oleh Ikhwan sayap Suriah. Shadaruddin al-Bayanuni, Muraqib Am Ikhwan Suriah menegaskan jika pihaknya tidak tahu menahu tentang rencana pemilihan Mursyid Ikhwan di Mesir.

"Ikhwan Suriah lebih merepresentasikan sebagai organisasi independen yang tidak ada kaitannya dengan apa yang kini terjadi di Mesir," kata al-Bayanuni.

Hal senada juga diungkapkan oleh Abu Jarrah as-Sulthani, Ketua Harakah Mujtama' al-Muslim (Gerakan Masyarakat Muslim) Aljazair. Dikatakannya, apa yang tengah bergejolak di Mesir merupakan urusan internal. "Dan kami tidak ikut campur," katanya.

Tak jauh beda dengan as-Sulthani, Rasyid al-Ghanusyi, anggota Dewan Pertimbangan Ikhwan Internasional, juga mengatakan 'no comment'. "Dalam hal ini, saya lebih memposisikan sebagai mentor Gerakan Kebangkitan Islam (Harakah an-Nahdhah al-Islamiyyah) di negara saya, Tunisia," jelasnya. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts