Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut para pemimpin AS sebagai orang-orang brutal dan anti perikemanusiaan. Nasrallah mengatakan bahwa para warga negara AS menjadi korban dari pemimpin-pemimpin semacam itu.

“Para pemimpin AS tidak berperikemanusiaan,” kata pemimpin Hizbullah berusia 49 tahun tersebut. Ia menambahkan bahwa negara Paman Sam tersebut dijalankan oleh orang-orang yang paling brutal dan serakah.”

Kata-kata tersebut disampaikan oleh Nasrallah dalam sebuah pidato menandai hari ke delapan bulan Muharram pada hari Jumat malam lalu yang disiarkan oleh televisi.

Merujuk pada invasi AS di Afghanistan dan Irak pasca peristiwa 11 September 2001, Nasrallah mengatakan, “Demokrasi Amerika telah memakan korban, rakyat Irak dan Afghanistan.

Beberapa tahun setelah invasi AS di dua negara Muslim tersebut, berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi dari hari ke hari merenggut nyawa rakyat kedua negara tersebut.

Sekretaris Jenderal Hizbullah tersebut juga mendesak para politisi Libanon untuk memperhatikan perjanjian gencatan senjata selama satu tahun untuk menghindarkan terjadinya percikan konflik baru.

Nasrallah juga menyerukan pentingnya memberikan kesempatan untuk pemerintah bersatu Libanon agar menjalankan fungsinya terlebih dahulu.

“Biarkan saja orang-orang yang tidak ingin mengatasi permasalahan untuk mengundurkan diri dari kabinet,” katanya.

Nasrallah telah memimpin Hizbullah sejak tahun 1992, setelah pendahulunya, Abbas Moussaoui, tewas dalam sebuah serangan helikopter Israel.

Pada awal bulan Desember, Nasrallah mengatakan bahwa krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini boleh jadi merupakan pertanda berakhirnya hegemoni AS dan runtuhnya Israel.

“Kita mungkin tengah berada di tengah-tengah sebuah transformasi sejarah yang menandakan kemunduran peranan AS sebagai kekuatan yang dominan, serta runtuhnya entitas Zionis,” kata Nasrallah dalam sebuah konferensi pers untuk mengumumkan landasan politik baru Hizbullah.

Melalui proyeksi layar raksasa, Nasrallah berbicara kepada para pendukungnya dari sebuah lokasi yang tidak disebutkan. Nasrallah menambahkan bahwa AS dan sekutunya, Israel, menghadapi kekalahan di tangan gerakan perlawanan di Afghanistan, Irak, Libanon dan Palestina.

“Gerakan perlawanan adalah jantung dari transformasi internasional dan muncul sebagai sebuah faktor strategis menjalankan peranan sentral dalam menghasilkan transformasi di daerah kami,” katanya.

“Proyeksi gerakan perlawanan telah berkembang, dari sebuah gerakan pembebasan dan konfrontasi, menjadi gerakan pertahanan. Selain peranan politiknya sebagai dasar dalam mendirikan negara yang adil dan cakap,” kata Nasrallah mengenai Hizbullah. [adm/sauramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts