
Pertanyaan inilah yang rupanya menjadi bara di dalam tubuh Ikhwan. Dua kubu dalam organisasi itu, yaitu konservatif dan reformis, kian bergesekan terkait pengajuan nama yang akan dicalonkan sebagai pengganti sang Mursyid.
Surat kabar independen Mesir, as-Syuruq (29/11) melansir, beberapa pejabat tinggi Ikhwan mengatakan jika Ikhwan tidak pernah sampai pada babak pergesekan sepanas ini. Pangkal pergesekan pun bermuara pada nama calon pengganti Akif.
Masing-masing kubu, baik konservatif, yang dikepalai oleh Dr. Muhammad Izzat, maupun reformis, yang dihului oleh Dr. Abdul Mun'im Abul Futuh dan generasi 70-an, memiliki nama dan kriteria pengganti mursyid masing-masing.
Beberapa pihak mencalonkan Dr. Muhammad Habib sebagai pengganti Akif. Habib saat ini menjabat sebagai wakil mursyid I, sebuah jabatan yang dipandang paling mendekati mursyid am. Sementara itu, ada pula pihak lain yang mengajukan nama Muhammad Badi', yang saat ini menjabat kepala biro pendidikan Ikhwan.
Muhammad Badi' merupakan sosok kawakan. Ia bergabung dengan Ikhwan sejak tahun 1959 silam melalui sayap Ikhwan Suriah. Lamanya masa pengabdian di Ikhwan menjadikannya memiliki pengalaman dan kecakapan lebih untuk memimpin. Badi' sendiri diprediksikan akan mendapatkan dukungan dari kubu konservatif.
Sementara itu, Muhammad Habib dipandang sebagai sosok yang moderat, yang mampu menjembatani ketegangan antara kubu konservatif dengan reformis. Habib juga dipercaya mampu melakukan reformasi organisasi yang selama ini dipandang jumud. Selain itu, Habib juga dipandang mampu memainkan langkah-langkah politik yang signifikan. Kubu reformis, yang kebanyakan berasal dari generasi 70-an, dipercaya akan memberikan dukungan kepada sosok Habib.
Posting Komentar