Dengan wajah cemberut, Presiden Barack Obama pada hari Selasa waktu setempat menyatakan bahwa ada kegagalan besar yang dilakukan oleh badan intelijen nasional dalam upaya peledakan di dalam pesawat yang menuju Detroit, ia mengatakan kepada segenap warga AS bahwa pemerintah sebenarnya memiliki informasi yang cukup untuk menggagalkan potensi serangan, namun tidak mampu “menghubungkan titik-titik informasi yang diperoleh.”

Berpidato setelah melakukan rapat dengan tim keamanannya, Obama mengatakan bahwa “tanda bahaya” yang ada memang lebih banyak dibandingkan dengan yang diketahui. Ia menambahkan bahwa kelompok di Jazirah Arab yang berhubungan dengan Al-Qaeda telah merencanakan serangan terhadap AS, dan mereka ada hubungannya dengan pria yang menjadi tersangka upaya peledakan pesawat yang ditumpangi 300 orang dan kru.

“Informasi yang dibutuhkan sudah ada,” kata Obama mengecam para agen rahasia dan analis yang tidak mampu mengungkapkan keberadaan plot serangan, namun tidak menunjuk hidung siapapun.

“Saya akan menerima bahwa badan intelijen pada dasarnya memang tidak sempurna,” kata Obama. “Namun, terlihat jelas bahwa intelijen kita tidak melakukan analisa penuh. Hal itu tidak dapat diterima, dan saya tidak akan menolerir hal tersebut.”

Obama tidak menyebut nama orang yang mungkin merupakan sosok yang bertanggung jawab dalam pemerintahannya. Gedung Putih juga tidak pernah menegaskan apakah pihaknya akan memecat pejabat manapun dalam pemerintahan AS.

Direktur intelijen nasional, Dennis Blair, dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa komunitas intelijen AS telah menerima pesan dari sang presiden. “Kami menerimanya, dan kami melangkah maju untuk menjawab tantangan-tantangan baru,” katanya.

Analisis pribadi presiden dipusatkan pada identifikasi rongga menganga yang tercipta dalam keamanan AS, dan cara untuk mengisi rongga tersebut. Dalam hal itu, Obama akan menentukan apakah ada pejabat yang diberhentikan, kata seorang pejabat pemerintahan senior yang mengetahui jalan pikiran Obama. Pejabat tersebut tidak menyebutkan namanya karena masalah yang dibahas bersifat sensitif.

Obama mengumumkan bahwa tidak ada kebijakan baru untuk meningkatkan sistem keamanan atau intelijen AS. Namun ia berjanji bahwa hal itu akan dilakukan, menandakan perubahan bagi orang-orang yang berkelana melalui pesawat udara dan juga dalam hal berbagi informasi intelijen. Obama menegaskan bahwa dirinya akan memperhitungkan kembali setiap langkah yang diambil pemerintahannya sejak kejadian pada tanggal 25 Desember lalu tersebut.

Sejak perstiwa itu, pemerintah AS telah memasukkan puluhan nama baru dalam daftar tersangka dan daftar larangan dalam penerbangan yang menuju ke AS. Mengawasi para penumpang dari Yaman, Nigeria, Arab Saudi, dan 11 negara lainnya dengan ketat.

Kuba, yang termasuk dalam daftar negara tersebut, memanggil diplomat tertinggi AS di negara pulau tersebut pada hari Selasa waktu setempat untuk memprotes pemeriksaan ekstra terhadap warga negara Kuba yang terbang menuju AS. Kuba menyebut tindakan AS tersebut sebagai sebuah “tindak permusuhan”.

Umar Farouk Abdulmutallab, tersangka asal Nigeria yang dituduh berupaya meledakkan bom di atas pesawat yang tengah mendarat di Detroit, diduga telah menerima pelatihan di Yaman.

“Ketika ada tersangka teroris yang naik ke atas pesawat dengan membawa bahan peledak pada hari Natal, maka sistem keamanan kita telah gagal,” kata Obama. “Merupakan tanggung jawab saya untuk mencari tahu apa yang menyebabkan hal tersbut, dan mengoreksi kegagalan yang terjadi sehingga kita dapat mencegah peristiwa yang serupa terjadi di masa mendatang.”

“Kami harus melakukan yang lebih baik, dan kami akan melakukan hal itu dengan segera,” katanya.

Keamanan yang ketat – dan mungkin berlebihan – justru dlakukan jauh dari Gedung Putih. Sebuah bandara udara di California ditutup untuk sementara waktu pada hari Selasa waktu setempat setelah para petugas mengatakan bahwa ada barang bawaan penumpang yang positif mengandung TNT. Namun, “bahan peledak” yang dimaksudkan ternyata adalah lima buah botol yang berisi madu.

Mengenai pertemuan Obama dengan para ajudan keamanan, Gedung Putih kemudian merilis pernyataan yang mengutip ucapan Obama. “Ini adalah sebuah kekacauan yang boleh jadi berubah menjadi bencana. Kita telah mampu menghindari bahaya, tapi kita nyaris kena. Rencana itu digagalkan oleh orang-orang pemberani, bukan karena sistem keamanan yang berfungsi dengan baik, dan hal itu tidak dapat diterima.”

Obama juga menangguhkan transfer tahananan penjara Guantanamo ke Yaman. Hampir separuh dari 198 orang yang dipenjara di Teluk Guantanamo berasal dari negara tersebut. Namun Obama menegaskan bahwa penjara tersebut pada akhirnya akan ditutup. [adm/suaramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts