Australia telah memperingatkan bahwa mereka tidak dapat memegang kepemimpinan di provinsi Afghanistan, Uruzgan, saat tentara Belanda ditarik mundur, setelah sebuah perselisihan mengenai misi yang menjatuhkan pemerintah Belanda itu.

Menteri Luar Negeri Stephen Smith mengatakan bahwa Australia telah menyatakan kekhawatirannya pada NATO dan AS menyusul kolapsnya pemerintahan Belanda sepanjang akhir pekan kemarin.

“Kami sangat menghargai kontribusi yang telah mereka buat, namun dalam absennya Belanda, Australia telah memperjelas ke NATO dan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional bahwa Australia tidak berada dalam posisi untuk mengambil pucuk kepemimpinan di provinsi Uruzgan,” ujar Smith.

“Kami telah menjelaskan hal ini pada NATO, dan juga AS. Jadi ini adalah masalah NATO untuk menyelesaikan isu kepemimpinan di Uruzgan dan kami percaya bahwa isu ini akan dapat diselesaikan.”

Sekitar 1.550 tentara Australia di Afghanistan ditugaskan di provinsi selatan, yang terkenal sebagai pusat perlawanan Taliban dan produksi opium, dan di perbatasan-perbatasan Helmand, lokasi serangan besar anti-Taliban yang tengah berlangsung.

Belanda mungkin akan mulai menarik 1.950 pasukannya dari Uruzgan paling cepat pada bulan Agustus setelah pemerintah koalisi gagal menyepakati permintaan NATO untuk memperpanjang misi selama satu tahun, menimbulkan kekhawatiran bahwa negara-negara lain akan bimbang.

“Akan memerlukan beberapa bulan sebelum sebuah pemerintahan baru terbentuk,” ujar Menteri Pertahanan Australia, John Faulkner, di hadapan parlemen.

“Melihat perkembangan ini, kami mengantisipasi bahwa Belanda akan terus melepaskan kepemimpinannya di Uruzgan dan menarik mundur pasukan militernya sebelum bulan Agustus tahun ini.”

Australia ikut ambil bagian dalam invasi AS tahun 2001 ke Afghanistan di bawah kepemimpinan mantan perdana menteri John Howard, seorang pendukung perang melawan teror.

Perdana Menteri Kevin Rudd sekarang, yang tidak menyetujui perang, menjanjikan tambahan 450 tentara tahun lalu namun menolak untuk ikut meningkatkan jumlah tentara seperti yang dilakukan kontingen AS yang kini memiliki lebih dari 100.000 prajurit di Afghanistan.

Di bulan Oktober, Faulkner mengatakan bahwa ia mencari cara untuk menyelesaikan misi itu secepat mungkin dan menyerahkan kendali ke tangan pasukan Afghan.

Australia saat ini merupakan kontributor pasukan terbesar kesembilan dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (Isaf) dan telah kehilangan 11 personel dalam konflik tersebut.

Misi Belanda yang dimulai tahun 2006 dan seringkali dipuji sebagai teladan atas fokus pembangunannya, telah memperpanjang misi selama dua tahun dan telah kehilangan 21 prajurit.

Surat kabar The Times Inggris mengatakan bahwa pasukan Amerika telah siap untuk berpatroli di Uruzgan jika Belanda menarik diri.

Sekitar 15.000 pasukan Afghan dan NATO kini sedang menghadapi perlawanan kuat Taliban saat mereka bertempur untuk mengamankan area Nad Ali dan Marjah di provinsi Helmand.

Sementara itu, pada hari Senin pemerintah Afghan mengecam keras serangan udara NATO yang tewaskan 33 warga sipil setelah salah mengira mereka sebagai pasukan Taliban.

Serangan pada hari Minggu itu mengenai tiga kendaraan warga di provinsi Daykundi, setelah NATO salah mengenali mereka sebagai Taliban yang sedang bergerak ke markas mereka.

“Laporan awal mengindikasikan bahwa NATO pada hari Minggu menembaki sebuah konvoi yang terdiri atas tiga kendaran di distrik Gujran, provinsi Daykundi, membunuh setidaknya 33 warga sipil termasuk empat wanita dan satu anak-anak, serta melukai 12 lainnya saat mereka sedang dalam perjalanan menuju Kandahar,” bunyi pernyataan dari dewan pembuat keputusan dari kabinet, yang diketuai oleh Presiden Hamid Karzai. Sebelumnya, NATO mengatakan bahwa komandan pasukan asing di Afghanistan, Jenderal Stanley McChrystal telah meminta maaf kepada Karzai atas insiden tersebut, kedua kalinya dalam satu minggu ia mengeluarkan permintaan maaf untuk kematian warga sipil yang salah sasaran. [adm/suaramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts