Sutrada film Iran Majid Majidi mengakui bahwa rencananya untuk memvisualisasikan Nabi Muhammad dalam sebuah film nabi Muhammad pada masa nabi Muhammad masih kecil, kembali menimbulkan kontroversi dalam dunia Islam atas boleh tidaknya penggambaran nabi Muhammad secara visual.

Majidi yang masuk dalam nominasi Academy Award pada awal bulan ini mengumumkan bahwa dia akan menyutradarai film tentang 12 tahun pertama dalam kehidupan Nabi Muhammad yang akan difilmkan di beberapa negara di Timur Tengah, terutama di Maroko, di mana ia berencana sebagian besar suting filmnya di sana.

Film berjudul "Muhammad" diproyeksikan akan menjadi film yang paling mahal di bioskop Iran dengan perkiraan anggaran sebesar 30 juta dolar.

Sutradara Iran Kambuzia Partovi, yang menyutradai film "Café Transit" pada tahun 2005, menyatakan bahwa butuh waktu tiga tahun untuk menulis skrip film "Muhammad", dan saat ini menunggu revisi dari sekelompok sejarawan dan ahli agama.

Dokumen-dokumen sejarah digunakan sebagai referensi untuk pembuatan film ini, dikumpulkan dan diterjemahkan oleh sekelompok pakar/ulama di Iran, Maroko, Tunisia, Libanon, Irak, dan Aljazair, kata Majidi dalam sebuah konferensi pers.

Menyadari bahwa film yang dibuat tentang nabi Islam (nabi Muhammad) jauh lebih sedikit daripada film tentang Yesus ataupun Musa, telah memberikan inspirasi serta minat bagi Majidi untuk berkontribusi terhadap pembuatan film tentang nabi Muhammad, ia menambahkan.

"Ada lebih dari 200 film tentang Yesus dan lebih dari 100 tentang Musa, sementara hanya 40 film yang dibuat tentang nabi Muhammad," katanya.

Majidi yang terkenal karena film fenomenalnya "Children of Heaven", dinominasikan menerima Academy Award untuk Film Berbahasa Asing Terbaik pada tahun 1998.

Memvisualkan nabi Muhammad

Penggambaran secara visual Nabi Muhammad telah menjadi salah satu tantangan utama yang harus dihadapi dalam proyek pembuatan film "Muhammad" yang disutradai oleh Majidi, terutama film ini konon akan memvisualisasikan nabi Muhammad dalam salah satu periode masa kehidupannya diwaktu kecil.

Juru bicara Pusat sinematografi Maroko (PKS) Muhammad Bakrim mengatakan bahwa Maroko tidak akan memberikan izin bagi Majidi melakukan suting film tersebut di Maroko.

"Walaupun film Majid Majidi dianggap besar dalam hal biaya produksi, Maroko telah mengambil keputusan itu sejak lama. Ada beberapa topik dalam film tersebut yang kami anggap tidak memungkinkan untuk difilmkan di Maroko," kata Bakrim kepada surat kabar harian Maroko Akhbar al-Youm.

Ada beberapa aturan atau Fatwa keagamaan di dunia Islam yang melarang penggambaran visual nabi Muhammad, istri-istrinya serta para sahabat namun pada bagian ini (sahabat nabi) sebagian ulama ada yang tidak melarangnya. Ulama Mesir terkenal Syaikh Yusuf al-Qardhawi menyatakan bahwa pengharaman memvisualisasikan sahabat nabi hanya untuk beberapa sahabat nabi, namun untuk Nabi Muhammad sudah jelas keharamannya, sementara Grand Mufti Saudi melarang pemvisualisasin terhadap semua nabi dan istri serta sahabat-sahabatnya. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts