BISHKEK  – Ketika unjuk rasa yang meluas di Kyrgyzstan tampaknya telah menggulingkan pemerintahan, satu hal yang jadi kekhawatiran para pejabat AS adalah status pangkalan udara penting yang digunakan sebagai pusat pangkalan udara untuk perang Afghanistan.

Para pejabat Pentagon pada hari Rabu mengatakan bahwa warga Kyrgyzstan yang menggelar unjuk rasa menentang pemerintahan korup telah mampu memaksa bandara di ibu kota Bishkek ditutup selama sekitar 12 jam. Bandara tersebut bertempat di lahan yang sama dengan pangkalan udara AS yang dikenal dengan sebutan Pusat Transit di Manas. Karena ada gangguan, sejumlah pesawat kargo terpaksa menghindari pangkalan tersebut.

“Sejumlah personel dan perlengkapan mereka untuk sementara waktiu tidak bisa mempergunakan Pusat Transit di Manas,” kata seorang pejabat Pentagon yang bersedia memberikan keterangan. “Namun, seperti rencana yang kami susun dengan hati-hati, kami akan menggunakan pilihan yang ada untuk memastikan dukungan terhadap operasi Afghanistan tetap berlanjut.”

Pejabat tersebut juga mengatakan pangkalan udara tersebut berada dalam status siaga.

Pada hari Rabu (7/4) Presiden Kurmanbek Bakiyev dikabarkan bertolak dari ibu kota dengan menumpang pesawat kepresidenan, namun masih belum jelas apakah sang presiden melarikan diri ke luar negeri atau hanya keluar kota. Kepemimpinan Bakiyev tengah dipertanyakan, dan hal itu dapat menimbulkan pengaruh langsung terhadap operasi militer AS di Manas.

AS mencapai kata sepakat dan menandatangani perjanjian dengan Bakiyev musim panas lalu, kesepakatan tersebut memungkinkan AS terus menggunakan pangkalan udara yang dimaksud. Pada awal kesepakatan, Bakiyev mulanya menginginkan AS meninggalkan pangkalan tersebut namun kemudian ia memulai negosiasi intens, membahas mengenai jumlah uang sewa yang bersedia dibayarkan AS untuk tetap dapat menggunakan pangkalan udara tersebut.

Meski pangkalan tersebut amat penting dalam operasi pengiriman logistik AS, khususnya di Afghanistan, AS awalnya menegaskan bahwa pihaknya akan menghentikan kesepakatan. Namun, pada bulan Juli, kedua negara menandatangani kesepakatan yang memperpanjang masa tinggal AS.

Kesepakatan sewa tersebut agaknya menjadi semakin mahal, dari awalnya $20 juta per tahun menjadi $60 juta per tahun.

Jika Bakiyev memang melarikan diri dari negaranya, isi kesepakatan sewa tersebut memang patut dipertanyakan, karena militer AS memang menjalin hubungan jangka panjang dengan Kyrgyzstan. AS menyatakan pangkalan udara tersebut setidaknya menambahkan pemasukan $64 juta terhadap perekonomian setempat.

Manas ditempati sekitar 1.100 orang personel militer, termasuk dari pasukan AS, Spanyol dan Perancis, dan 750 orang pekerja kontrak. Saat AS memperpanjang misinya di Afghanistan – dengan mengirimkan 100.000 orang prajurit AS pada musim gugur mendatang – pangkalan tersebut menjadi titik penting pergerakan udara bagi Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di Afghanistan.

Dengan menggunakan pangkalan tersebut, militer dapat mengisi ulang bahan bakar lebih dari 11.000 pesawat yang terbang melintasi langit Afghanistan pada tahun 2008 dan memindahkan 170.000 orang dari dan ke negara yang dikoyak perang tersebut – termasuk pengiriman dan pemulangan pasukan serta pejabat yang bepergian dari dan ke AS pada masa cuti.

Bulan Maret lalu, terungkap bahwa Rusia membatalkan gagasan untuk menerjunkan kontingen militer tambahan di wilayah Kyrgyzstan, meski sebelumnya telah ada kesepakatan antar Presiden Dmitry Medvedev dari Rusia dan Presiden Kurmanbek Bakiyev dari Kyrgyzstan.

Seiring dengan meningkatnya kehadiran militer AS di Asia Tengah, Rusia justru melakukan yang sebaliknya, Rusia mengurangi jumlah stafnya di kawasan tersebut dan beralih pada layanan baru, sebagaimana dilansir oleh harian Rusia, Nezavisimaya Gazeta. Mengutip ucapan seorang sumber Komando Udara, NG melaporkan bahwa sebuah pangkalan udara militer di Kant, sebelah utara Kyrgyzstan, menutup infrastruktur sosalnya, sekolah, toko, taman kanak-kanak, dan sebagainya.[adm/suaramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts