Kampanye bebas alkohol, sosis nihil babi, dan makanan halal lainnya menjadi trend baru di jajaran makanan yang terhampar di supermarket Prancis bersama jejeran makanan yang telah menjadi tradisi di negara ini.
Ketika industri anggur terbaik dan makanan khas Prancis yang biasa diekspor, menghadapi tekanan dampak krisis global, sementara industri makanan halal di negara itu justru tumbuh sangat pesat.
Tidak banyak yang memperhatikan perkembangan itu, hingga pada suatu saat salah satu pengusaha hamburger memberikan label halal yang disebar di sejumlah restoran di Prancis. Tentu saja tindakan ini memicu tuduhan communautarisme yang dianggap menolak integrasi budaya Prancis.
Pertumbuhan itu didorong oleh pesatnya imigran muslim dari Arab dan Afrika. Mereka tetap bisa menikmati keragaman kuliner seperti tetangganya yang non-muslim di Prancis sembari tetap berpegang pada ajaran dasar agama dan budayanya.
Perkembangan ini didorong oleh keberadaan imigran generasi kedua dan ketiga, kata Antoin Bonnel, ketua panitia Pameran Makanan Halal yang digelar akhir Maret di Paris.
Ini bukanlah masalah komunitas muslim hendak menarik diri dari budaya setempat, tapi ini merupakan sebuah proses integrasi, karena sekarang mereka bisa membeli hamburger yang halal di banyak tempat, katanya.
Bonnel menilai, pertumbuhan sejumlah kaum muda imigran muslim, yang saat ini berhasil memasuki golongan kelas menengah atau bisa disebut kalangan bourgeois, membuat cara pandang selera kulinernya berubah.
Perdagangan makanan halal di Prancis diprediksi meningkat hingga 5.5 miliar euro (7.2 miliar dolar) pada 2010 dan sudah merambah dari toko kecil ke sejumlah mal yang lebih luas.
Pasar makanan halal di Prancis ditujukan kepada warga Muslim, yang saat ini mencapai sekitar 5.5 juta. Tentu saja jumlah itu menarik minat pedagang retail dan pengusaha restoran. Pengamat pasar dan keuangan menilai pertumbuhannya sangat pesat.
Pengusaha hipermarket Casino menciptakan produk halalnya bernama Wassila. Tidak ketinggalan, pengusaha makanan cepat saji Quick sudah menyajikan makanan halal di delapan outlet dari 350 outletnya di Prancis.
Namun keberadaan makanan halal di negara sekuler Prancis masih harus berhadapan dengan reaksi sejumlah pihak yang menentangnya.
Sejumlah politisi, baik dari kalangan sayap kanan dan sayap kiri, keberatan dengan adanya pilihan makanan halal di negaranya. Memisahkan jurang pada masyarakat Prancis, ketimbang membantu memasukkan integrasi muslim ke dalam trend kuliner di Prancis.
Pengenalan produk halal yang dilakukan perusahaan cepat saji Quick di sejumlah titik kawasan muslim menuai reaksi dari kalangan oposisi partai sosialis. Mereka akan menuntut secara hukum. Sejumlah anggota dewan dari koalisi partai kanan yang saat ini memegang pemerintahan juga akan melakukan hal serupa.
Saya tidak mendukung apapun yang bernada komunitarianisme, kata Ketua Partai UMP Xavier Bertrand.
Tidak ada satu pun yang peduli dengan pernyataannya di Pameran Makanan Halal. Sejumlah produk halal sudah tersedia di sejumlah supermarket, kenapa tidak memilih yang halal? Tanya Anissa Bouarbi dari perusahaan Paris Halal yang mencatat daftar restoran halal di Paris secara online.
Diskriminasi bagi saya adalah melarang masyarakat untuk mengikuti cita rasanya, imbuhnya.
Di ruang pameran yang berada di sekelilingnya, sejumlah produk makanan halal mengajak muslim untuk tetap memilih merek seperti orang Prancis lainnya, namun dalam bentuknya yang halal.
Produk halal menjadi peluang bisnis yang baru bagi pengusaha Prancis.
Christine Darcon, Direktur Corrico yang memproduksi kalkun sebagai pengganti babi untuk pasar Eropa menyatakan, pihaknya hanya menyuplai konsumen yang memesan bahan halal untuk produk-produk tertentu.
Produk halal saat ini sedang berkembang sebagai salah satu produk yang meramaikan supermarket-supermarket, kata Hakan Cetin, manajer pemasaran Oz Pa yang memproduksi biskuit dan kue manis halal kepada AFP.
Dia bersama sejumlah pengusaha halal lainnya menilai, suara para politisi itu akan menghilang dengan sendirinya, karena perusahan sudah menjangkau segmentasi pasar yang jelas, dan satu-satunya masalah yang harus dihadapi adalah tidak adanya sertifikasi halal yang tunggal di Prancis.
Berbagai produsen makanan di Prancis menggunakan sejumlah organisasi-organisasi untuk mengesahkan kehalalan produknya, bahkan ada sebagian dari mereka yang melabelkan sendiri kehalalan produknya. Masalah ini yang menjadi tuntutan semua orang untuk mempunyai lembaga tunggal yang bisa mengesahkan secara hukum terkait labelisasi halal. [adm/hidayatullah]
Posting Komentar