Seorang pria muda yang diyakini pernah ditahan di penjara Bagram Afghanistan yang dikelola oleh militer AS sejak tahun 2004 saat ini tampaknya telah mengalami gangguan mental.

Younis Ramahtullah, atau "Shalah" sebagaimana keluarganya memanggilnya, menghilang pada tahun 2004 ketika ia tinggal dengan pamannya di Pakistan untuk menyelesaikan studi.

Keluarganya, tidak bisa menjelaskan bagaimana atau mengapa anak mereka ditangkap oleh Pasukan Inggris di Irak, keluarganya menyatakan bahwa ia tidak bersalah dan menyebut Shalah sebagai seorang pemuda yang sederhana, tanpa sedikitpun punya tendensi dalam politik.

Menurut Departemen Pertahanan, dua orang yang diyakini menjadi anggota organisasi teroris, Lashkar-e-Taiba, bernama Amanatullah Ali dan Shalah. Mereka berdua ditangkap di Irak dan diserahkan kepada militer AS kemudian ditempatkan di fasilitas militer AS di Bagram Afghanistan.

Penyiksaan terhadap para tahanan di Bagram tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di penjara Abu Ghraib yang terkenal di Irak. Pada tahun 2002, militer Amerika menyelidiki kematian dua orang di Bagram, salah seorang sopir taksi 22 tahun bernama Dilawar, meninggal setelah dipukuli oleh tentara Amerika sewaktu ia diborgol di langit-langit selnya.

Seorang mantan tahanan lain, Dr Ghairat Baheer, mengkonfirmasikan bahwa Shalah telah mengalami sakit mental. "Kadang-kadang ia memukul kepalanya ke jeruji selnya dan ia selalu marah dan mengambil banyak obat," katanya kepada BBC.

Setelah penyelidikan sembilan bulan, LSM HAM bisa melacak keluarga Shalah, dan menyampaikan kondisi Shalah kepada keluarganya.

"Untuk siapa saja yang berhasil keluar dengan kondisi normal, seperti yang saya alami, - itu hanya sebuah keajaiban dan berkat dari Tuhan," tandas Dr Baheer. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts