Berbeda dengan kaum Muslimin di negara lain, rakyat Pakistan menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keprihatinan. Bencana banjir merusak sawah dan kebun, rumah, jembatan dan infrastruktur. Penderitaan mereka makin lengkap dengan makin minimnya persediaan makanan dan persediaan air bersih. Sementara di sejumlah wilayah di Pakistan, barang kebutuhan sehari-hari harganya melonjak hingga tiga kali lipat.

"Bulan Ramadan atau bukan bulan Ramadan, kami sudah kelaparan. Kami terpaksa berpuasa dan meratapi milik kami yang hilang akibat bencana banjir ini," kata Mai Hakeema yang sedang menunggui suaminya yang sakit di sebuah tenda pengungsian.

Bencana banjir terburuk di Pakistan mempengaruhi banyak warga dalam mengjalankan ibadah puasa Ramadan. Ghullam Fareed, seorang warga Punjab yang desanya terendam banjir, mengaku tidak berpuasa di hari pertama Ramadan. "Saya sedih tidak bisa berpuasa di hari pertama. Tapi, saya akan segera membayar puasa itu begitu saya sudah bisa kembali ke rumah," ujarnya.

Terkait situasi darurat karena bencana banjir, salah seorang mufti di Pakista, Muneebur Rehman mengatakan bahwa para korban banjir yang sedang dalam kesulitan dan hidupnya bergantung pada bantuan, boleh tidak berpuasa dan membayar puasanya di tahun depan sebanyak hari yang ditinggalkan.

Meski demikian di wilayah Pakistan yang warganya dikenal sebagai pemeluk Islam yang sangat taat, mereka menyatakan tetap berpuasa meski dalam kondisi yang sulit dan harus tinggal di tenda-tenda pengungsian.

"Banjir atau tidak, kami akan berpuasa. Saya tidak bisa melanggar aturan Allah, oleh sebab itu saya tetap berpuasa sebagai bagian dari kewajiban agama saya, seburuk apapun kondisinya," tukas Fazal Rabi, warga desa Akbarpura, baratlaut Pakistan.

Kepala Badan Bantuan Kemanusiaan PBB, John Holmes menyatakan bahwa situasi di Pakistan sudah masuk katagori bencana nasional. PBB membutuhkan dana segera sekira 460 juta dollar untuk menyediakan tempat penampungan, air bersih, makanan, sanitasi dan bantuan kesehatan.

Di New York hari Rabu kemarin, Holmes sudah menyerukan para diplomat dari berbagai negara untuk memberikan bantuan. "Ada tugas besar di hadapan kita. Korban tewas memang relatif sedikit dibandingkan korban bencana nasional lainnya, tapi mereka yang terpengaruh akibat bencana ini jumlahnya sangat banyak," ujar Holmes.

Pada kesempatan itu, ia juga meminta bantuan lebih banyak helikopter untuk memudahkan proses bantuan. Pemerintah Pakistan yang menuai banyak kritik karena lambannya pemberian bantuan mengatakan bahwa pihaknya sudah berusaha keras membantu para korban. "Kami berusaha melakukan yang terbaik, memastikan jutaan orang yang menjadi korban mendapatkan cukup makanan, air bersih dan kebutuhan lainnya, selama dan sesudah bulan Ramadan nanti," kata Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani saat meninjau wilayah Baluchistan yang ikut terhantam banjir. [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts