Sumber Foto : Hidayatullah

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Islam Kemenag), Prof Muhammadiyah Amin, meminta Direktoratnya untuk menyelidiki isu “kiamat” yang sempat mencuat di Ponorogo, Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Hal itu ia sampaikan saat membuka Pelatihan Fotografi Bimas Islam Kemenag di Hotel Lorin, Bogor, Jawa Barat pada Senin (18/03/2019). Acara pelatihan ini digelar hingga Rabu (20/03/2019).

Pada kesempatan itu, Prof Amin berharap generasi milenial yang identik dengan para pengguna media sosial, memviralkan program-program Bimas Islam Kemenag RI.

“Tapi, viralkan program-program yang baik. Jangan yang buruk,” ujarnya.

Prof Amin kemudian memaparkan cakupan program Bimas Islam Kemenag pada acara yang dihadiri oleh peserta perwakilan dari berbagai generasi millenial, blogger, media Islam dan instansi pemerintah dari Komnas HAM, Ombudsman RI dan Kemhumham RI itu.

Cakupan program Bimas Islam di antaranya seperti pemberdayaan zakat dan wakaf, arah kiblat, penyuluh agama Islam, seni budaya Islam, hari besar Islam, kalender Islam, bina keluarga sakinah, jadwal shalat, MTQ, sidang istbat dan lainnya.

“Nah, sebentar lagi kita akan gelar sidang istbat untuk menentukan awal Ramadhan,” katanya.

Selain memaparkan cakupan program, Prof Amin juga mengupas tujuh isu aktual Bimas Islam selama periode 2018. Isu tersebut di antaranya terkait data masjid se-Indonesia, kartu nikah, pengeras suara, nikah dini, zakat Aparatur Sipil Negara (ASN), mubaligh media, dan penceramah rekomendasi Kemenag RI.

“Selain 7 isu besar itu, ada juga isu lainnya. Seperti yang soal (isu) hari kiamat di Ponorogo. Saya minta Bimas Islam untuk menyelidiki kasus itu,” jelasnya menambahkan.

Sebelumnya sebagaimana diketahui, sebuah kejadian yang bisa dibilang cukup unik. Sebanyak 52 warga dari 15 kepala keluarga (KK) di Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, pindah ke Malang, Jawa Timur. Dari kesemua orang itu, 22 di antaranya anak-anak.

Alasan mereka pindah karena menghindari kiamat. Fenomena langka ini viral di media sosial. Dalam sebuah unggahan di Facebook, disebutkan, menyatakan warga Watu Bonang ramai-ramai pindah ke Malang karena takut kiamat.

Namun alasan detailnya kurang jelas. Sejumlah warga bahkan ada yang sampai menjual harta benda berupa rumah dan tanah.

Kepala Dusun Sogi, Kamis (13/03/2019), mengatakan, “Semua warga yang pindah ini tidak ada yang pamitan kepada pihak desa. Jadi kami juga tidak tahu alasan pastinya seperti apa.

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts