Lima kali sehari, Mulango harus memanjat menara masjid di Cape Town untuk mengumandangkan seruan adzan memanggil masyarakat untuk sholat.

Namun untuk beristirahat dia mengeluh, dia merasa terlalu banyak beban pekerjaan yang meletihkan yang ia harus kerjakan.

"Pengurus masjid mengatakan kepada saya bahwa pekerjaan saya membersihkan toilet masjid, mencuci handuk dan membersihkan tempat wudhu," katanya kepada IOL.

Mulongo mengeluhkan selain perlakuan tidak manusiawi yang ia terima, ia juga digaji terlalu rendah bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

"Saya meminta ada kenaikan gaji."

Mulongo adalah salah satu muadzin di Afrika selatan yang mengeluh atas perlakuan yang kurang manusia yang ia terima dari pengurus masjid.

Mustafa Kandulu kelahiran Malawi bekerja di sebuah masjid di Johannesburg mengatakan bahwa dirinya hanya diberikan tempat tinggal berupa ruangan yang sangat kecil dan berdebu.

"Saya tidur di tempat tidur baja yang sudah karatan di kamar saya yang sangat kecil dan berdebu," katanya kepada IOL.

Seorang muadzin lain di Cape Town yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan pengurus masjidnya mengancam dirinya akan dipecat jika ia meminta kenaikan gaji.

"Saya hanya mendapatkan R1, 200 (sekitar 150 dollar) dan saya mempunyai keluarga yang harus diberi makan," katanya mengeluhkan.

"Anak-anak saya kadang mengalami sakit, namun saya tidak mampu untuk membawa mereka ke rumah sakit."

Farouk Kamali, ketua dari masjid Pohon Palem - masjid kedua tertua di seluruh wilayah Afrika Selatan, mengakui beberapa masjid memperlakukan muadzinnya secara tidak manusiawi.

Ia menyatakan bahwa perbuatan memperlakukan orang secara tidak manusiawi tersebut, merupakan perbuatan yang tidak Islami,khususnya terhadap muadzin.

Umat Islam sekitar 1,5 persen dari seluruh penduduk Afrika Selatan yang berpenduduk 44 juta jiwa.

Ada sekitar 455 masjid diseluruh negeri dan Cape Town dilaporkan memiliki 10 masjid tertua di Afrika Selatan.

Tidak Semua Orang

Muhammad Faisal, seorang muadzin yang bekerja untuk masjid Auwal di Cape Town, menyatakan bahwa memperlakukan muadzin secara tidak manusiawi bukanlah norma masjid.

"Alhamdulillah saya tidak mengalami hal tersebur,"katanya kepada IOL.

Dengan mengenakan pakaian yang rapih, pria kelahiran Tanzania ini mengatakan bahwa sejak dia datang dan bekerja di masjid, dia mendapatkan fasilitas kesehatan dan gaji yang layak.

"Saya tidak mengalami seperti yang di alami muadzin lain yang mengeluh atas perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka alami," tambahnya.

"Saya merasa seperti di rumah sendiri bekerja di masjid Auwal. Saya mendapat fasilitas yang cukup baik."

Syaikh Jumah, yang telah menjadi muadzin selama 16 tahun, memiliki pengalaman yang bermacam-macam.

"Terkadang saya kembali mengalami perlakukan tidak manusiawi oleh pengurus masjid, di masjid Durban di mana saya menjadi muadzin disana."

Sekarang, Jumah menjadi muadzin di sebuah masjid di Gatesville, sebuah tempat di pinggiran Cape Town.

"Saya memiliki tempat tinggal bersama keluarga saya dan saya dapat melakukan tugas dengan baik," catat Jumah pria paruh baya yang berkewarganegaraan Tanzania ini.

"Alhamdulillah, di masjid Gatesville, saya tidak ada keluhan." [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts