PARIS  – Kebanyakan acara realita televisi menjaga aspirasi mereka tetap sederhana dengan rating yang bagus, beberapa gosip dan sedikitnya satu peserta yang membuat jalan mereka sendiri untuk berada di halaman utama.

Bagaimana pun juga sebuah program Perancis yang dirilis musim gugur tahun ini menargetkan agak lebih tinggi. Misi dari program ini – untuk 12 remaja yang memilih untuk menerimanya – adalah tidak kurang dari sebuah peta jalan menuju perdamaian di Timur Tengah.

Les Accords de Merseille, yang diharapkan disiarkan kepada saluran publik France5 pada September, akan membawa bersama-sama 12 remaja berusia 18 tahun dari Israel, enam dari 12 remaja tersebut dari daerah Palestina – dan membuat mereka tinggal bersama sebagaimana mereka memegang negosiasi yang bertujuan untuk mengeluarkan sebuah perjanjian perdamaian.

Sementara itu, pencipta acara tersebut mengakui tujuan semacam itu lebih sebagai sebuah simbol dari pada sebuah sasaran realistik, mereka bersikeras bahwa bagian yang paling penting dari program tersebut adalah proses dari para peserta yang akan membawa perbincangan perdamaian.

Sutradara Perancis Mohamed Ulad, yang membantu menulis skenario tersebut dengan filsuf Perancis-Israel Sophie Nordmann, telah menolak gagasan bahwa program tersebut dapat bersifat provokatif. Dengan jumlah penduduk terbesar yang terdiri dari Yahudi dan Muslim dari negara barat Eropa mana pun, Perancis sering mengalami pertarungan kekerasan yang berhubungan dengan perkembangan Timur Tengah.

"Kami tidak akan membuat sampah TV … Kami akan berusaha mengambil bagian dalam diskusi antara anak-anak muda Israel dan Palestina, yang akan mulai bersosialisasi untuk pertama kalinya," ia mengatakan, menambahkan: "Para pemuda ini lahir dalam harapan perdamaian (pada tahun 1991, tahun konferensi Madrid), dimana mereka hanya mengetahui konflik.

Selama tiga minggu pengambilan gambar, 12 peserta tersebut akan tinggal bersama dalam sebuah rumah di daerah kepulauan Frioul di pantai Marseille. Dengan tujuan untuk menjauhkan program tersebut dari standar formula realitas TV, Ulad bersikeras tidak akan ada pengambilan gambar di ruang tidur, tidak ada siaran langsung dan tidak ada kamera berukuran 24/7.

Ia memilih untuk memfilmkan acara tersebut di Perancis, Ia mengatakan karena hal ini akan memberikan para remaja tersebut dengan sebuah lingkungan yang "terisolasi dan terlindungi" yang cocok untuk membahas masalah-masalah yang sangat kontroversial. Di antara topik yang diperdebatkan tersebut adalah status dari Yerusalem dan hak-hak warga Palestina.

"Proyek semacam ini … akan menjadi tidak mungkin dilakukan di Timur Tengah, di mana semua orang terperangkap dalam keyakinannya sendiri-sendiri, klise dan lingkungan sekitar," ia mengatakan kepada harian La Provence.

Ulad yang patnernya, Mazarine Pingeot, adalah putri dari mantan presiden, Francois Mitterand, yang berharap mendapatkan popularitas tinggi dengan bertindak sebagai "pembina" bagi para peserta. Berbicara dalam radio Perancis, Nordmann menambahkan bahwa acara tersebut akan menarik bukan hanya karena hasilnya tetapi juga untuk perkembangannya: "Kami benar-benar tidak berusaha untuk menyuruh mereka menemukan sebuah solusi keajaiban; kami mengetahui dengan sangat baik bahwa mereka tidak akan menemukan solusi tersebut," ia mengatakan. [adm/suaramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts