Tanggal 4 Juli adalah hari kebanggaan warga Amerika Serikat, karena tanggal itu diperingati sebagai hari kemerdekaan negara yang mengaku sebagai "great country". Tapi tahukah Anda, sebagian warganya justru tertindas, hanya karena ia muslim, memiliki nama berbau Arab dan berasal dari kaum minoritas.

Tanggal empat Juli ini--ketika orang Amerika berbondong-bondong menuju bandara udara dan jalan-jalan raya kita, agar bisa bertemu dengan keluarga untuk pesta barbekyu dan kembang api--aku akan kesulitan untuk fokus bersenang-senang. Pikiranku dikacaukan dengan bayangan sebagian penduduk AS yang takut untuk bepergian. Tulis Ramona Ripston, Direktur Eksekutif American Civil Liberties Union of Southern California, mengawali artikelnya yang dimuat di Huffington Post awal bulan ini.

Mereka takut, karena sebagian pemerintah Federal dan sebagian pemerintah negara bagian, tampaknya berketetapan untuk menjadikan bepergian di negara AS sebagai sebuah kejahatan bagi kaum minoritas. Mereka, bisa jadi dilarang terbang naik pesawat atau ditahan ketika berkendaraan melintasi perbatasan negara bagian.

Di bandara Long Beach, California, seorang mahasiswi berusia 28 tahun dan telah menikah, Halime Sat, akan naik pesawat menuju Oakland, California. Tapi ia tidak diperbolehkan masuk. Sat, seorang penduduk Corona, California, tiba-tiba dimasukkan dalam daftar larangan terbang pemerintah. Padahal dia tidak memiliki catatan kriminal, tidak juga terkait organisasi yang diharamkan AS di mana pun di dunia ini. Satu-satunya "kejahatan" yang dilakukan oleh warga negara Jerman yang menikahi seorang warga AS itu adalah: terbang sebagai seorang muslim.

Halime Sat tidak sendiri, setidaknya ada 9 orang lain yang senasib dengannya. Bersama-sama dengan American Civil Liberties Union (ACLU), mereka mengajukan tuntutan hukum pada Rabu 30 Juni lalu.

Menurut laporan Wired, mereka yang mengajukan tuntutan hukum bersama Halime Sat adalah sebagai berikut:

* Adama Bah, 22, perempuan, warga negara Guinea yang diperbolehkan tinggal di New York dengan status pengungsi. Ia dilarang terbang dari AS.

* Mohamed Sheikh Abdirahman Kariye, 49, imam di Oregon, menjadi warga AS lewat naturalisasi. Ia dilarang terbang ke Dubai, tempat di mana putrinya tinggal.

* Ayman Latif, 32, warga AS, veteran marinir yang cacat dan tinggal di Mesir. Ia ditolak terbang dari Mesir menuju AS untuk pemeriksaan medis.

* Nagib Ali Ghaleb, 39, warga AS, harus terdampar di Yaman karena tidak bisa pulang ke California setelah mengunjungi keluarganya di sana.

* Samir Mohamed Ahmed Mohamed, 29, warga AS, keadaannya sama persis seperti Nagib Ali Ghaleb.

* Abdullatif Muthanna, 29, warga AS, senasib dengan Nagib Ali Ghaleb dan Samir Mohamed, bedanya ia berasal dari New York.

* Saleh Omar, 35, pemukim sah di AS, tidak bisa kembali ke Amerika setelah mengunjungi saudaranya di Yaman.

* Steven Washburn, 54, warga negara dan veteran Angkatan Udara AS. Ia tidak diperbolehkan terbang ke AS dari Inggris.

* Raymond Earl Kneable IV, 29, warga dan veteran Angkatan Darat AS. Ia melakukan perjalanan dari AS menuju Kolumbia untuk menikah dan mengunjungi saudaranya. Malangnya, dia tidak bisa pulang kembali ke California karena dilarang terbang.

Jangan ditanyakan kepada mereka mengapa tidak bisa bepergian, karena mereka juga tidak tahu sebabnya. Ketika mereka bertanya kepada Departemen Keamanan Dalam Negeri dan pihak Keamanan Transportasi, tidak ada yang memberi penjelasan apalagi menjawab pertanyaan mereka.

Ben Wizner, pengacara yang mewakili ACLU dalam kasus ini, yakin bahwa tuntutan hukum yang diajukannya bersama para penggugat adalah untuk yang pertama kalinya menguji kewenangan hukum pemerintah dalam memberlakukan larangan terbang. Meskipun sebelumnya, kasus seperti itu telah berulangkali diajukan ke pengadilan oleh orang-orang yang harus melewati pemeriksaan berat sebelum terbang.

Dalam tuntutan hukum itu dimasukkan nama Jaksa Agung Eric Holder, Direktur FBI Robert Mueller III, dan Direktur Pusat Skrining Teroris Timothy Healy. Selain menggugat ketiga orang tersebut, penggugat juga menuntut agar dihapuskan namanya dari daftar hitam larangan terbang pemerintah dan menuntut agar dilaksanakan dengar pendapat, supaya mereka dapat mengkonfrontasi semua bukti yang memberatkan di pengadilan.

Dalam laporan yang dirilis akhir Juni itu, Wired menulis, Departemen Kehakiman tidak merespon saat dimintai komentarnya.

Daftar larangan terbang yang sekarang diadopsi dari daftar yang dibuat pascaserangan 9/11 tahun 2001, didalamnya terdapat sekitar 8.000 nama. Kurang lebih 20.000 nama lainnya masuk dalam daftar "terpilih", yaitu daftar orang-orang yang harus melewati pemeriksaan keamanan ekstra di bandara udara.

Ketika warga muslim seperti Halime Sat dan kawan-kawan dilarang naik pesawat, orang-orang keturunan Latin harus dag-dig-dug selama perjalanannya lewat darat.

Begitu khawatirnya ACLU dengan minoritas Latin itu, sampai-sampai mereka membuat buku saku berisi panduan, apa yang harus dan tidak boleh dilakukan selama perjalanan. Bayangkan, penduduk sebuah negara yang mengaku sangat menjunjung tinggi HAM dan kemerdekaan harus diberi "travel alert" agar berhati-hati ketika melakukan perjalanan darat di dalam negeri.

ACLU membagi-bagikan buku saku yang ditulis dalam bahasa Spanyol dan Inggris itu kepada orang-orang Latin (sebenarnya bukan hanya untuk orang Latin saja). Mereka diajari untuk berhati-hati ketika berada di Arizona. Mengapa Arizona? Ada apa dengan Arizona?Selasa 13 April 2010, legislator Arizona meloloskan SB 1070, Undang-Undang Anti-Imigrasi yang paling keras.

Menurut Ramona Ripston dalam tulisannya, polisi di Arizona diberikan kewenangan yang luas dan tidak segan untuk menciduk siapa pun yang mereka anggap patut dicurigai sebagai pendatang ilegal. Sasaran utamanya adalah mereka yang berwajah Latin, sekalipun dia bukan orang Latin.

Kata Ripston, kekuasaan polisi Arizona sangat besar, hingga menciptakan sebuah kejahatan baru: driving while Latino. Anda dianggap melanggar hukum bukan karena melanggar rambu lalulintas, tapi karena Anda orang Latin atau berwajah Latin.

Ketika merayakan hari kemerdekaannya, sebagian warga Amerika Serikat justru direnggut kemerdekaannya, hanya karena mereka muslim atau kaum minoritas. El día de la Independencia?

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts