Cotabato, Filipina -- Bentrokan di Filipina Selatan Kamis malam, yang terjadi hanya beberapa jam setelah pemerintah membatalkan kesepakatan perdamaian yang kontroversial dengan gerilyawan muslim, menewaskan 10 orang, kata pihak militer di sini Jumat.

Para pejuang Front Pembebasan Islam Moro (MILF) menyerang pasukan pemerintah Kamis malam di kota Guindulungan di pulau Mindanao yang bergolak, kata jurubicara militer Kolonel Julieto Ando.

"Dalam pertempuran, lima tentara cedera dan 10 gerilyawan MILF tewas," katanya kepada AFP. Ia menambahkan, bahwa dua penduduk sipil juga cedera karena terkena peluru nyasar.

Jurubicara MILF, Eid Kabalu Jum`at mengatakan, bahwa `pertempuran terus berlanjut hari ini dengan pihak militer menggunakan peralatan udara dan darat, yang dipimpin Komandan Kato.`

Komandan Umbra Kato adalah komandan gerilyawan MILF yang melancarkan serentetan serangan terhadap desa-desa dan kota-kota dua pekan lalu, yang menewaskan sejumlah orang dan menelantarkan ribuan lainnya.

Serangan-serangan itu terjadi setelah Mahkamah Agung Filipina mengeluarkan perintah penangguhan sementara terhadap penandatanganan kesepakatan perdamaian, yang dikenal sebagai Memorandum Perjanjian Wilayah Nenek-moyang.

Pakta otonomi terbatas antara pemerintah di negara yang sebagian besar penduduknya menganut Kristen itu, dan kelompok gerilyawan yang berkekuatan 12.000 orang itu, bertujuan untuk mengakhiri konflik selama 40 tahun yang menewaskan lebih dari 120.000 orang dan puluhan ribu lainnya terlantar.

Presiden Gloria Arroyo menghentikan perundingan itu Kamis, setelah penduduk Kristen dan politisi di Mindanao menolak apa yang mereka anggap sebagai langkah yang melanggar konstitusi, yakni membentuk negara muslim merdeka.

Pemerintah telah menawarkan uang 10 juta peso atau sekitar 220.000 dolar AS untuk kepala-kepala Kato dan komandan MILF lainnya, Abdurahman Macapaar, yang juga dikenal sebagai Komandan Bravo, yang melakukan serangan-serangan terhadap penduduk sipil.

Komandan militer setempat, Kolonel Marlou Salazar mengatakan, bagian-bagian dari lalulintas jalanraya yang menghubungkan kota-kota Davao dan Cotabato Jum`at ditutup karena para pejuang MILF menguasai beberapa dari jembatan-jembatan di sana.

"Kami masih membersihkan jalan-raya dan saya yakin jalan itu akan segera bisa dibuka kembali," katanya.

Sedikitnya 100.000 penduduk sipil telah meninggalkan rumah mereka di wilayah selatan sejak pihak tentara pemerintah meningkatkan serangan-serangan mereka terhadap gerilyawan. [mrh/ alislamu]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts