ImageHanya dengan Syariat Islam masalah-masalah yang melanda Indonesia dapat diselesaikan. Hal ini disampaikan Ketua Umum GARIS (Gerakan Reformis Islam) Chep Hernawan kepada Suara Islam, Jum’at (28/11). Pesan yang ditujukan kepada pejabat-pejabat di negeri ini, tiada lain adalah bagian dari misi GARIS untuk menyikapi kebijakan pemerintah yang cenderung menyengsarakan dan menyesatkan rakyat.

“Masa bodo dengan permasalahan rakyat yang kelaparan, yang penting bisnisnya lancar, jabatan naik terus, gak peduli dengan bertambahnya jumlah gereja,” tegas pria kelahiran Cianjur, 12 Mei 1955 saat menuturkan semakin banyaknya pejabat-pejabat yang saat ini bersikap apatis terhadap rakyat.

Mengenai penegakan hukum di Indonesia, ia menjelaskan GARIS memiliki konsep yaitu, “Harus berdasarkan Syariat Islam, atau aktifis-aktifis GARIS yang bertindak di lapangan, sedangkan aparat cukup jadi penonton saja.” Karena menurutnya lingkungan peradilan dan pejabat-pejabat yang berada didalamnya sudah di-setting untuk memenangkan pihak atau golongan tertentu saja.

Selanjutnya putra sulung dari 6 bersaudara pasangan H. Endang Syafe’i dan Hj. Siti Zubaidah ini mengatakan, bahwa ayahnyalah yang menularkan darah aktifis Islam ke dalam dirinya. Namun dari kelima adiknya tak ada satupun yang mengikuti jejak ayahnya.

“GARIS yang sekarangpun bukan hanya sekedar berjiwa reformis, melainkan sedang bermetamorfosa menjadi Gerakan Revolusioner,” tegasnya.

Alumni GPI ini juga mengungkapkan perbedaan motto aktifis Islam yang dahulu dengan sekarang yaitu, “Dulu pada tangan kanan aktifis Islam memegang Al-Qur’an dan tangan kirinya memegang golok, sedangkan sekarang tangan kanan pegang proposal dan tangan kiri megang handphone.” Yang terjadi adalah jika Islam diinjak-injak, pada waktu dulu golok yang bicara, tetapi sekarang para aktifis Islam sibuk menelpon dengan handphone pada tangan kirinya untuk meloloskan proposal yang ada ditangan kanannya. Meskipun agama yang diyakininya sedang dihina, dihujat, dan diinjak-injak oleh golongan lain.

Ia mengatakan bahwa sekarang pergerakan dan perjuangan telah terkontaminasi oleh uang dan jabatan. Sebelum menjabat apapun seseorang berbicara idealis tapi setelah uang dan jabatan diraih, mereka berbelok dari idealis menjadi realistis. Dengan alasan bahwa uang dan jabatan menjadi alat pemenuh kebutuhan mereka.

“Saya berharap Indonesia suatu saat tidak hanya memiliki Taman Makam Pahlawan tetapi Taman Makam Mujahid juga ada,” tuturnya saat mengungkapkan alasan ia menyediakan tanah untuk jenazah Amrozi, Ali Ghufron, serta Imam Samudera. [adm/suara-islam]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts