Dikabarkan oleh bergai media setempat, bahwa kelompok yang bergabung dalam kekuatan oposisi di Aljazair, RCD, FFS, dan Hamas akan menyelenggarakan aksi penolakan mereka, bila Bouteflika mengumumkan pencalonan presiden. “Absennya kekuatan perubahan akan memojokkan rencana pemilihan presiden Aljazair”. Sikap ini tidak lain, karena Bouteflika mulai cenderung diktator, karena ia mengubah konstitusi yang membatasi calon presiden. Hal ini, tak lain adalah usaha-usaha yang dilakukan pemerintah, khususnya rejim Bouteflika yang didukung militer, ingin melanggengkan kekuasaannya.
Dari 18 kandidat calon presiden yang sudah muncul, nampaknya tak bakalan semua dapat lolos, dan hanya satu orang mungkin dapat lolos, mengikuti pemilihan presiden. Mousa Touati, akhir bulan yang lalu, menyatakan ANF (Algerian National Front), yang merupakan partai pemerintah, mengumpulkan 1500 tandatangan dari kalangan pejabat pemerintah, dan 96.000 dari kalangan pemilih, yang bertujuan memenuhi persyaratan bagi seorang calon presiden. Di dalam batas minimal, seorang kandidat presiden, yang ingin maju mencalonkan diri, minimal harus mendapatkan dukungan 600 tandatangan dari para pejabat, dan 75.000 tandatangan dari pemilih.
Dibagian lain,kalangan oposisi yang diwakilik dari kelompok RCD, menyatakan pemilihan presiden di Aljazair, ibaratnya seperti : “Permainan sirkus yang membahayakan “, ujar salah seorang pejabat dari RCD. Inilah kondisi politik di Aljazair. Di mana Presiden Bouteflika ingin melanggengkan kekuasaannya dengan cara melakukan presiden melalui peraturan yang sudah diciptakan. Belum lama ini, Presdien Cuba, Raul Castro (adik mantan Presiden Fidel Castro), melakukan kunjungan ke Aljazair, dan menegaskan ingin tetap memperkuat hubungan dengan Aljazair.
Posting Komentar