Mustafa Khalil mempercepat langkahnya, diiringi setiap langkahnya dengan suara yang merdu dari suara takbir Ied memenuhi udara dan hatinya yang penuh sukacita.

"Ini adalah waktu yang sangat spiritual," kata mahasiswa Maroko tersebut, yang telah tinggal di Washington DC selama dua tahun kepada IslamOnline.net, setelah sampai ke masjid.

"Segala sesuatu tidakakan berasa seperti Idul Adha kecuali Anda berada di sini. "

Idul Adha, yang jatuh pada hari Jumat (27/11) di AS dan mayoritas negara-negara lain adalah salah satu dari dua perayaan keagamaan utama pada kalender Islam dan menandai akhir perjalanan haji tahunan.

Bagi umat Islam di Amerika Serikat, masjid adalah tempat untuk merasakan semangat perayaan dengan sesama Muslim.

Masjid dihiasi dengan tenda-tenda untuk menyambut para jamaah yang akan melaksanakan Shalat Ied dan para panitia menawarkan makanan dan permen kepada umat islam yang hadir disana.

Umat Islam AS berduyun-duyun datang ke masjid untuk bertemu kerabat dan teman-teman mereka.

"Kami datang ke masjid mengenakan pakaian terbaik kami," kata Jacky Mohamed, yang telah memeluk Islam sejak 22 tahun yang lalu.

"Setelah sholat dan khutbah kami mulai untuk bersosialisasi dan berkumpul bersama. Ini adalah waktu yang sangat diberkati untuk kami."

Di luar masjid, para pedagang mendirikan kios-kios yang menjual barang-barang dari topi kupluk untuk sholat sampai ke parfum dan buku-buku Islam.

Meskipun tidak ada angka statistik resmi, Amerika diyakini menjadi tempat bagi sekitar 7-8 juta Muslim.

Tidak mudah sebenarnya bagi umat Islam, untuk umat Islam bergabung dengan komunitas mereka di masjid-masjid dan merayakan Idul Adha jika tidak jatuh pada akhir pekan.

Mohamed, seorang nenek, mengatakan bahwa banyak umat Islam harus mengambil cuti dari pekerjaan mereka dan mengambil anak-anak mereka keluar dari sekolah setidaknya untuk hari pertama lebaran.

"Beberapa orang mengambil semua perayaan Idul Adha untuk meliburkan diri dan beberapa orang yang lain mengambil libur hanya pada hari pertama perayaan Idul Adha saja."

Abu Bakr, yang datang untuk melaksanakan sholat Idul Adha di Islamic Center di Washington DC, mengatakan bahwa ia selalu mengambil libur pada hari pertama dan membiarkan anak-anaknya bolos sekolah untuk merayakan hari libur keagamaan.

"Jika orang Kristen dapat memiliki perayaan hari keagamaan mereka, dan Yahudi dapat memiliki perayaan mereka juga, maka kami harus memiliki hari libur keagamaan juga."

Faw `eya, seorang Muslim AS berasal dari Mesir, mengatakan bahwa mengambil anak-anak untuk membolos dari sekolah pada hari pertama adalah suatu keharusan, karena mereka harus merasakan semangat Idul Adha di masjid dan di antara komunitas mereka.

"Kami hanya perlu merayakan hari keagamaan kami."

Bagi Khalil, mahasiswa Maroko, dirinya hanya beberapa jam saja yang dihabiskannya di dalam masjid pada hari pertama `Idul Adha dan kemudian ia harus kembali ke buku-buku kuliah dan belajar.

"Idul Adha disini berbeda dibandingkan di negara-negara Muslim. Tapi setidaknya kami memiliki masjid untuk memberi kami kebahagian Idul Adha." [adm/eramuslim]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts