SAN’A – Imam Anwar al-Awlaki, ulama asal Yaman yang disebut buronan oleh Washington karena memiliki hubungan dengan serangan gagal terhadap sebuah penerbangan AS, mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki niatan untuk menyerahkan diri kepada pihak berwajib di Yaman.

Abdullah Shaea, seorang jurnalis Yaman yang dekat dengan Awlaki, pada hari Rabu (20/1) mengklaim bahwa sang ulama baru-baru ini memberikan keteragan kepada dirinya.

“Anwar al-Awlaki mengatakan kepada saya bahwa tidak ada seorangpun yang mengontak dirinya, dan bahwa tidak ada negosiasi apapun yang telah dilakukan. Dia sama sekali tidak memiliki niatan untuk menyerahkan diri.”

Di Yaman, Shaea dianggap sebagai jurnalis dengan pengetahuan paling luas mengenai Al-Qaeda di Jazirah Arab (AQAP), sebuah kelompok yang baru saja secara resmi dimasukkan oleh Washington ke dalam daftar terorisnya.

“Anwar ada di rumah sendiri, dilindungi oleh sukunya,” kata Shaea, tanpa memberikan indikasi lokasi pasti Awlaki. ”Polisi dan pasukan militer tahu bahwa melakukan pencarian terhadap Awlaki di tempat itu merupakan hal yang mustahil dilakukan.”

“Saat ini, dia mungkin berada dalam perlindungan para anggota Al-Qaeda, bukan karena Awlaki adalah anggota, namun karena mereka berasal dari suku yang sama.”

”Dia sama sekali tidak mempercayai pemerintah (Yaman) yang pernah memenjarakan dirinya pada tahun 2006 lalu tanpa tuduhan, kemudian membebaskannya satu setengah tahun kemudian tanpa pernah menjalani proses persidangan.”

Seorang ajudan Gedung Putih secara langsung menuding Awlaki memiliki keterkaitan dengan pria yang menjadi tersangka penembakan yang menewaskan 13 orang di sebuah pangkalan militer Texas pada bulan November lalu, Mayor Nidal Hasan.

Penasihat keamanan dan anti terorisme AS, John Brennan, juga mengatakan bahwa imam kelahiran AS tersebut mungkin menjalin kontak dengan pria Nigeria yang dituding telah berupaya meledakkan sebuah maskapai AS pada hari Natal lalu, Umar Farouk Abdulmutallab.

Kemungkinan tertangkapnya Awlaki amat kecil, menilik deskripsi Shaea mengenai sentimen yang timbul di Shabwa pasca terjadinya serangan udara mematikan pasukan pemerintah pada tanggal 24 Desember lalu yang menewaskan sejumlah anggota Al-Qaeda dan sejumlah warga sipil.

Setelah serangan udara tersebut, yang terjadi di area yang dikendalikan oleh orang-orang suku Awlaki, masyarakat di seluruh kawasan tersebut merasa marah. ”Mereka semua mendukung Al-Qaeda dan menghalangi siapapun agar tidak bisa mendekat,” kata Shaea.

”Ada pertempuran yang terjadi. Pemerintah tahu benar bahwa jika mereka mengirimkan pasukan ke daerah tersebut, maka mereka akan dihajar. Pemerintah Yaman bahkan tidak mau mencoba, itulah alasan mengapa Anwar aman di tempatnya sekarang.”

Beberapa waktu yang lalu, satu minggu setelah para pejabat AS dan Yaman mengatakan bahwa Awlaki kemungkinan telah terbunuh dalam serangan yang didukung AS pada malam Natal lalu, seorang jurnalis Yaman mengatakan bahwa Awlaki muncul kembali dan memproklamirkan bahwa dirinya masih hidup.

“Jurnalis tersebut mengatakan bahwa rumah Awlaki, yang menjadi sasaran serangan, hanya berjarak dua atau tiga kilometer dari dirinya, dan Awlaki tidak ada di sana,” kata Abdulelah Hider Shaea, sang jurnalis, kepada ABC News. Dia mengatakan bahwa dirinya berbicara dengan Awlaki melalui telepon, dan mengenali suara Awlaki setelah dibandingkan dengan sejumlah wawancara sebelumnya.

Sebuah pernyataan dari kedutaan besar Yaman di Washington menyebutkan bahwa Awlaki “diduga” berada di lokasi pertemuan Al Qaeda di sebelah selatan ibukota Yaman, Sanaa.

Para rekan dan kerabat Awlaki langsung mengabaikan laporan yang menyebutkan bahwa ulama tersebut terbunuh dalam penyerbuan, namun sang jurnalis merupakan orang pertama yang mengklaim bahwa dirinya telah berbicara dengan Awlaki. [adm/suaramedia]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts