Masa depan Israel dalam bahaya jika perdamaian Timur Tengah tak bisa dicapai, kata Raja Jordania Abdullah memperingatkan dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, dalam edisi online Senin malam.

"Saya pikir masa depan jangka lama Israel adalah dalam bahaya jika kita tak berhasil memecahkan masalah kita," kata raja, yang bertolak ke Washington, Sabtu, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir yang diprakarsai Presiden AS Barack Obama, kepada surat kabar itu.

Ditanya apakah pendapatnya tersebut akan disampaikan agar proses perdamaian Timur Tengah yang terhenti itu bergerak kembali, raja mengatakan: "Saya pikir terlalu memboroskan banyak waktu mengenai sesuatu yang kita semua lakukan, dan yang sangat mencemaskan adalah sebab terjadinya ketegangan yang mengerikan di kawasan itu.

"Berkaitan dengan perbatasan Israel-Libanon, jika anda berbicara dengan beberapa orang Libanon saat ini, mereka merasa akan terjadi perang yang kedua.

"Tampaknya seperti ada satu upaya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mempromosikan intifada yang ketiga, yang akan lebih mendatangkan malapetaka.

"Jerusalem seperti yang anda pahami adalah sesuatu yang mudah terbakar yang bisa terjadi kapan saja, dan kemudian ada kekhawatiran penolakan mengenai tindakan militer antara Israel dan Iran," kata Raja Abdullah.

"Dengan semua latar belakang ini, keadaan status quo tak bisa diterima; apa yang akan terjadi adalah bahwa kita akan terus berputar di situ-situ saja sampai konflik meletus, dan yang menderita adalah rakyat karena terjadinya perang."

Raja Abdullah mengatakan, Amerika Serikat memiliki prioritas lain selama berbulan-bulan, terutama berkaitan masalah ekonomi.

"Tantangan ekonomi juga tidak membantu dalam memprioritaskan proses perdamaian," katanya menambahkan.

"Mengenai masalah itu, saya tahu dengan sangat baik bahwa Obama dan pemerintahannya sangat berkomitmen dengan pemecahan dua negara, dan berupaya menggerakkan proses perdamaian. Namun mereka juga memiliki tujuan lain yang hendak dicapainya."

Masalahnya adalah apa yang terjadi dalam beberapa bulan mendatang, kata pemimpin Jordania itu kepada Journal.

Tekan Israel

Di tempat lain, Menteri Luar Negeri Suriah Walid juga mendesak upaya masyarakat internasional untuk menghentikan kebijakan arogan Zionis Israel di bumi Palestina. Sebagaimana dilaporkan kantor berita Suriah, SANA, Walid Moallem menyatakan ini, Senin, (5/4) ketika bertemu Armand De Decker, Ketua Senat Belgia di Damaskus.

Ia mengatakan, kebijakan arogansi Israel di Palestina sebagai upaya yahudinisasi kota Quds dan memasukkan tempat-tempat suci umat Islam dan Kristen ke dalam warisan budaya Yahudi serta melanjutkan blokade Jalur Gaza, tandas Moallem.

Dalam pertemuan itu, Moallem juga menegaskan bahwa Israel senantiasa merusak upaya-upaya untuk menyelesaikan krisis di Timur Tengah dan menghalangi dimulainya perundingan damai. [adm/hidayatullah]

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya

Recent Posts